Program Pendukung Operasi ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) - Pusat Inkubasi Bisnis (PIB) Bojonegoro
Berdayakan Potensi, Gayam Semakin Mandiri
Senin, 19 September 2016 10:00 WIBOleh Imam Nurcahyo *)
*Oleh Imam Nurcahyo
TEPUK-TANGAN riuh terdengar di lorong pasar Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro. Siang itu, seluruh pengusaha industri rumahan (home industry) makanan dan minuman berkumpul. Para anggota asosiasi ini terlihat sumringah dalam acara peluncuran toko bernama “Giras Makarti” tersebut. Kini mereka bisa menjual produk masing-masing di sana. Melalui toko ini pula produk anggota dipromosikan keluar Kecamatan Gayam.
Asosiasi makanan dan minuman Giras Makarti merupakan kelompok pengusaha kecil binaan Pusat Inkubasi Bisnis (PIB) Bojonegoro. PIB telah mempersatukan mereka, melatih pengelolaan keuangan, peningkatan kualitas produk dan mendampingi pengembangan pemasaran. Bahkan PIB memberikan permodalan (joint investment) untuk mendirikan toko Giras Makarti di Pasar Gayam itu. Sudah ada 58 pengusaha dari dalam dan luar Kecamatan Gayam yang bergabung dalam asosiasi. Jumlah itu terus bertambah. Mereka berprinsip, semakin banyak anggota, semakin luas jaringan.
Hingga saat ini, ada delapan asosiasi yang dibina PIB. Selain asosiasi Giras Makarti, ada asosiasi pertanian, peternakan, perikanan, hortikultur, ekonomi kreatif, kroto dan asosiasi budidaya jamur. Asosiasi-asosiasi ini telah menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan, pemasok, dan pembeli dari luar daerah. Seperti Kroto Bond dari Bogor Jawa Barat, Mina Lestari Malang, Altara Farm Malang, Yasa Setia Abadi Malang, Hidroponik Farm Mojokerto dan UD Jamur Balik Kampung dari Kecamatan Ngraho Kabupaten Bojonegoro. PIB telah membuat kesepakatan tertulis (MoU) dengan mitra tersebut untuk memasok kebutuhan asosiasi dan membeli hasil usaha masing-masing asosiasi terkait.
Sejak diresmikan tahun 2013, kiprah PIB semakin dikenal di berbagai daerah. Lembaga yang dibentuk dalam program pengembangan ekonomi masyarakat ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) ini sudah sering mendapat tawaran kerjasama dengan pemerintah kabupaten dan desa di luar Kecamatan Gayam. "Tapi kami prioritaskan dulu yang di Kecamatan Gayam," ungkap Manajer PIB Bojonegoro, Ifa Jumrotun Naimah.
Ifa menuturkan, tawaran untuk melakukan pelatihan terus berdatangan. Calon anggota yang mendaftar, terus bertambah. Terakhir, minggu lalu PIB memenuhi tawaran kerjasama dengan Desa Ngampel Kecamatan Kapas untuk melatih unit usaha milik desa setempat dalam pengembangan pengelolaannya. Menurut dia, tim PIB belum secara khusus mempromosikan paket pelatihan ke luar wilayah Kecamatan Gayam. Namun karena promosi dari mulut ke mulut, sudah seringkali mendapat kesempatan untuk menjadi pelatih (trainer). "Kita sudah tiga kali diundang ke Lamongan, pernah ke Temayang, Sugihwaras, dan lain-lain, tapi tidak semua bisa kita penuhi karena keterbatasan waktu dan tenaga," papar perempuan asal Desa Ngraho itu.
PIB dalam pelaksanaan kegiatannya selalu berkoordinasi dengan pemerintah terkait seperti Dinas pertanian, Dinas Peternakan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Koperasi dan UKM dan dinas-dinas terkait lainnya. “Kami juga mendapat arahan dan bimbingan dari Bappeda,” ujar Ifa. Bahkan, tambah dia, Bappeda telah membantu untuk melakukan koordinasi dengan dinas dan kecamatan di Kabupaten Bojonegoro.
PIB Bojonegoro yang berlokasi di Desa Ringin Tunggal, Kecamatan Gayam ini diprakarsai oleh EMCL dan bermitra dengan LSM Bina Swadaya. Program ini bertujuan untuk mendampingi warga Mojodelik, Gayam dan sepuluh desa lainnya di Kecamatan Gayam. Warga yang menjadi pengurus dan anggota mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan usaha melalui pelatihan organisasi serta pengembangan kemampuan dalam berwirausaha. "Kami mendapatkan berbagai pelatihan kepemimpinan, jaringan usaha, kewirausahaan dan pengeloalaan keuangan dan bisnis," tutur Marpuah, pengurus PIB dari Desa Mojodelik.
Marpuah mengaku mendapat banyak ilmu baru di PIB. Dia juga berkesempatan memperbanyak jaringan usaha. Sehingga, kata dia, harapannya pendapatan usaha juga akan bertambah. "Saya senang bisa membantu ekonomi keluarga dan saya juga bisa membantu orang lain," ungkapnya. Marpuah sudah merasa tercukupi kebutuhan keluarganya meskipun bekerja sendiri. “Dulu suami saya pernah bekerja di proyek Banyu Urip, EPC 5” .
Senada disampaikan Suntoyib, (36). Warga Dusun Templokorejo, Desa Gayam ini mengaku terbantu di PIB. Melalui asosiasi peternak Taruno Brenggolo, Suntoyib mendapat pendampingan usaha dan pinjaman modal usaha. Dulu dia bekerja di proyek EPC 1 bersama Sub Kontraktor Tripatra-Samsung, setelah habis kontrak, dia kembali beternak. “Alhamdulillah sekarang saya punya 15 kambing, targetnya tahun depan bisa beli sapi,” ungkap dia bersemangat.
Suntoyib menyadari bahwa bekerja di proyek tidak akan selamanya. Kontrak akan habis ketika bidang pekerjaannya selesai. Menyikapi itu, sejak awal bekerja dia sudah mulai menyisihkan sebagian gajinya untuk memelihara sapi. “Kemarin ada kebutuhan mendesak, jadi sapinya dijual semua,” ucapnya mengenang.
Namun Suntoyib tidak patah arang, saat bergabung di asosiasi, semangatnya menggebu kembali. Kini dia merasa sudah punya ilmu dan pengalaman yang cukup untuk bisa beternak yang mengungtungkan. “Sekarang saya sudah punya cara untuk mengurangi ongkos pemeliharaan dan hasilnya banyak. Saya yakin hitung-hitungan saya tepat,” ungkapnya optimis.
Sementara itu, Community Development Coordinator EMCL, Beta Wicaksono mengatakan, program PIB merupakan tempat yang tepat bagi masyarakat untuk berwirausaha dan mengembangkan usahanya. Program pengembangan ekonomi yang telah disetujui SKK Migas ini, diharapkan menjadi pendorong untuk mempercepat terwujudnya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. “Kami berharap PIB bisa menjadi bagian penting dari proses percepatan peningkatan taraf hidup masyarakat sekitar wilayah operasi kami,” ujarnya.
Pekerjaan konstruksi proyek berlangsung hanya dalam beberapa tahun. Masa peralihan dari fase pengembangan ke fase operasi seyogyanya menandai masa berakhirnya aktivitas para pekerja konstruksi. Selama proyek pengembangan ini berlangsung, sudah lebih dari 2 juta jam pelatihan diberikan kepada pekerja nasional melalui lebih dari 2500 pelatihan yang disediakan.
Kehadiran EMCL atas dukungan SKK Migas bersama Pertamina EP Cepu, dan Badan Kerjasama (BKS) PI Blok Cepu, dengan Program Pendukung Operasi yang diterapkan di Bojonegoro dan Tuban telah memberi kontribusi bagi tersedianya peluang usaha baru yang akan terus tumbuh serta membuka kesempatan kerja diluar proyek konstruksi Banyu Urip. ‘’Kami berterima kasih dan mengapresiasi kerjasama baik yang telah terjalin dengan para kontraktor dan ribuan pekerja Indonesia yang berbakat dan berdedikasi tinggi guna memastikan kesuksesan proyek Banyu Urip ini,’’ ulas Beta.
Menurut dia ribuan pekerja dan para kontraktor sudah mencurahkan segala upaya untuk memberikan sumbangsih kemampuan, keahlian dan pengalaman mereka bagi proyek ini. Dia mengatakan, usaha tersebut telah memberikan kontribusi dalam pencapaian terbaik pada keselamatan, kualitas dan biaya. “Kami menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas dukungan dari pemerintah dan masyarakat hingga terwujudnya kesuksesan proyek negara ini,’’ pungkasnya. (*)
*Foto: Bantuan alat pengemas makanan dari EMCL untuk anggota asosiasi home industri Giras Mandiri Desa Gayam