Sandal Ukir Karya Santri Ponpes Mambaul Ulum Sugihwaras
Dipasarkan Online, Pelanggan Rambah Luar Kota
Sabtu, 15 Oktober 2016 16:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Sugihwaras - Jauh dari hingar bingar kota, tak lantas membuat kreativitas seseorang membeku. Di tangan santri Pondok Pesantren (Ponpes) Mambaul Ulum Desa Bulu Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro terdapat satu kreativitas yang menarik. Mereka memoles sandal jepit yang umumnya putih polos, menjadi sandal jepit berukir.
Ukiran sandal bisa bentuk gambar atau tulisan. Teknik mengukir, yakni mencongkel permukaan sandal hingga menyerupai bentuk yang diinginkan. Tak disangka ketika dipromosikan via online, banyak sekali netizen yang berminat. Bahkan beberapa pelanggan berasal dari luar kota.
"Kalau kebanyakan sih memang dari Bojonegoro saja. Namun tidak sedikit yang berasal dari Lamongan, Gresik, dan Tuban," terang salah satu perajin, Zainal (18), ketika ditemui beritabojonegoro.com (BBC) di Ponpes Mambaul Ulum, Sabtu (15/10/2016).
Pemuda dari Kecamatan Purwosari itu menerangkan, rata-rata pelanggannya memang dari Bojonegoro saja. Namun tidak sedikit yang berasal dari Lamongan, Tuban, dan Gresik. Mereka mengetahui kreativitas sandal ukir ini dari media sosial facebook.
Dalam seminggu, dibantu 4 santri lainnya, Zainal mengaku, mengerjakan 25 hingga 30 pasang sandal ukir. Hal itu mereka lakukan di sela kegiatan pesantren dan sekolah. Mereka memang menyadari bahwa tujuan utama mereka adalah menimba ilmu.
Tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam untuk mendapat sandal ukir mereka. Tiap pasangnya dijual dengan harga Rp 25.000 hingga Rp 35.000 saja. Tergantung ukuran dan tingkat kesulitan gambarnya. Sehingga pelanggan bisa memesan gambar sesuai selera.
Seorang perajin lain, Kusairi (20), menjelaskan gagasan membuat sandal ukir bermula dari kebiasaan ghosob. Ghosob itu memakai barang santri lain tanpa izin terlebih dulu. Dengan asumsi semua barang di pesantren selalu dipakai bersama-sama.
"Agar tidak keliru sandal kita kasih nama, dan ternyata bisa dikembangkan jadi gambar yang menarik," lanjutnya menjelaskan.
Dia mengisahkan, beberapa kali terjadi hal memalukan lantaran kebiasaan ghosob tersebut. Seringkali tamu pondok, ketika hendak undur diri, harus celingukan lantaran sandalnya ada yang memakai tanpa izin. (rul/tap)