Menjadi Penjual Es Tebu adalah Pilihan
Sabtu, 31 Oktober 2015 21:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Kota-Bagi sebagian orang, bekerja kantoran dan ditunjang dengan predikat sarjana merupakan sebuah kebanggaan. Namun sepertinya tidak dengan Iwan. Dia memilih melepaskan profesinya sebagai guru, yang tentu saja kantoran, dan memilih menjadi penjual es tebu.
Mulanya dia menjadi guru di Tuban. Tapi, karena setelah menikah dia harus pindah ke Bojonegoro, ikut istri, dia mau tidak mau melepaskan profesinya sebagai guru.
Memang, dia berkali-kali mengirim lamaran pekerjaan menjadi guru di beberapa sekolah, namun tidak satupun yang memanggilnya. Kelelahan menanti, Iwan pun memutuskan untuk banting setir menjadi penjual es tebu di depan pemakaman Desa Mojokampung, Kabupaten Bojonegoro.
Kepada BeritaBojonegoro.com (BBC), Iwan mengaku bahwa modal awalnya adalah membeli gerobak dari besi sebesar Rp1.500.000. Sedangkan untuk mesin penggilingan tebu Rp 1.800.000 dan dieselnya sebesar Rp1.000.0000.
Iwan berjualan es tebu dari pukul 09.00 sampai sekitar pukul 16.00 WIB setiap hari di depan pemakaman Desa Mojokampung, Kecamatan Bojonegoro Kota. Setiap harinya dia bisa menghabiskan 1 kuintal tebu. Iwan mendapatkan tebu ini dari Tulungagung atau Kediri. Biasanya 2-3 hari mereka mengirim langsung ke Iwan.
Tebu yang sudah dikupas kulitnya bisa bertahan 3 hari Sedangkan yang kulitnya masih utuh bisa tahan sampai 6 hari.
Baru berjalan dua bulan, Iwan sudah mampu meraup untung Rp 250.000 per harinya. "Kalau jualan tidak pasti, namun kalau pas ramai sehari keuntungannya bersih sebesar Rp250.000,"ujarnya sambil menggiling tebu. "Hidup adalah pilihan. Dan saya mencoba memilih untuk berjualan es tebu," lanjutnya.
Ketika ditanya kenapa memilih berjualan tebu, Iwan dengan tersenyum mengatakan bahwa hidup adalah pilihan. Baginya pilihan berjuang untuk hidup tidaklah selalu berada di jalur yang sesuai latar belakang pendidikan akademiknya. Iwan sendiri adalah sarjana pendidikan biologi dan sebelumnya sempat menjadi seorang guru di Tuban. Namun ketika hatinya tertambat pada perempuan Bojonegoro dan memutuskan untuk melangkah ke kehidupan yang baru maka tanggung jawabnya sebagai imam haruslah serius.
Dibantu keluarganya, Iwan menjalankan sendiri usahanya berjualan es tebu. Tebu yang sudah dikupas kulitnya ini pun satu persatu dimasukkan ke dalam penggilangan yang di bawahnya sudah terdapat toples dan saringan untuk menampung air perasan tebu.
Air tebu ini tinggal dikasih es batu dan bisa dinikmati oleh pembeli. Karena pada dasarnya tebu adalah bahan mentah gula pasir, maka tidak perlu menambah gula ke dalamnya. Rasanya sudah sangat manis. Belum lagi aroma batang tebu yang melegakan tenggorokan di cuaca yang panas musim kemarau ini. (mol/moha)