Kehilangan Kaki hingga Ditinggal Istri, Difabel asal Blora Ini Kini Jadi Perajin Kaki Palsu
Senin, 13 Mei 2024 15:00 WIBOleh Priyo SPd
Blora - Musibah tentu bisa datang kapan saja, bahkan hal itu bisa menjadi tekanan tersendiri bagi yang mengalaminya. Namun kisah inspiratif muncul dari sosok Listiono Sigit Irawan (28), warga asal Desa Jatiklampok, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora yang hidup dengan satu kaki itu.
Walau sempat terpuruk karena kehilangan kakinya akibat kecelakaan motor sehingga harus terbaring dua tahun lamanya, dan ditinggal istri dan anaknya saat mengalami keterpurukan itu, namun tak membuat Sigit berhenti sampai di situ saja.
Kini Sigit bangkit menjadi perajin kaki palsu. Selain itu, ia juga mempunyai usaha potong rambut. Kedua usahanya dinaungi organisasi Difabel Blora Mustika.
Listiono Sigit Irawan (28), penyandang disabilitas asal Blora yang kini menjadi perajin kaki palsu dan mempunyai usaha potong rambut. (Aset: Priyo/ BeritaBojonegoro)
Ditemui di bengkel kaki palsunya, Senin (13/05/2024), Sigit mengaku bahwa pada 2019 dirinya sedang merantau di Jakarta. Saat bekerja menjadi sopir di sebuah perusahaan, ia mengalami kecelakaan sampai kehilangan kakinya.
“Saat itu saya kecelakaan di Jakarta. Lalu saya coba pijat sangkal putung. Kok malah bengkak, akhirnya saya dibawa ke Solo dan dinyatakan harus amputasi. Dari situ saya ngedrop,’’ tutur Sigit.
Tak sampai dsitu, dirinya juga tak bisa berdiri walaupun telah diamputasi. Ternyata bagian punggungnya patah tulang. Hingga akhirnya hanya bisa berbaring selama dua tahun lebih.
“Dari situ istri saya meninggalkan saya dan membawa anak saya. Harta saya cuman motor, dibawa juga. Jadi ini saya kalau kerja ke kota harus nebeng teman. Itupun kalau sudah di kota saya harus nginep di bengkel biar tidak menyusahkan kawan,’’ tuturnya.
Nasib pahit memang sedang menghampiri Sigit saat itu. Ia akui sempat terpikir untuk menunggu ajal menjemputnya. Hingga akhirnya dirinya mendapatkan motivasi dari sosok sesama difabel yang sedang menjenguknya.
“Saya ingat 2021-an itu saya didolani sama Mas Soni. Dia tetangga saya. Sama-sama difabel. Saya dikompori untuk bangkit. Akhirnya saya dibawa ke organisasi difabel,’’ tuturnya.
Setelah dibawa ke organisasi tersebut, dirinya mulai membiasakan diri untuk bersosialisasi lagi setelah terkurung dua tahun dalam kamar. Ia akui, butuh setahun lebih untuk kembali bisa bangkit.
“Itu setahun saya latihan berdiri, jalan, dan bersosialisasi. Saking beratnya tubuh jadi memang sesulit itu,’’ ucapnya.
Hingga akhirnya dirinya diberikan ilmu menjadi perajin kaki palsu. Tepatnya 2023 lalu. Saat itu saya kursus langsung mendatangkan kawan difabel yang sudah sukses menjadi perajin kaki palsu dari luar kota. Seminggu lebih saya mendalami cara-caranya.
“Alhamdulillah akhirnya cepet nyantolnya. Dan sudah bisa buka bengkel bareng kawan lainnya sampai sekarang ini,’’ kata Sigit.
Dalam prosesnya, ia sudah menerima sejumlah pesanan. Rata-rata sebulan hanya sekali mendapati pesanan kaki palsu.
“Sebulan paling sekali. Karena memang butuh agak lama penyelesaiannya. Seminggu hingga dua minggu lah,’’ ucapnya.
Dalam produksi dan penjualannya ia dibantu teman-temannya yang juga penyandang difabel. Mereka juga memiliki jejaring antar kota untuk menerima pesanan-pesanan itu.
“Kalau ini pembuatannya juga dibantu sama Baznas setempat. Jadi hasilnya juga sharing. Satu kaki palsu harganya 5 juta-an rupiah,’’ ucapnya.
Selain itu, dirinya juga membuka usaha potong rambut yang menjadi kerjaan kesehariannya. Keuletannya itu dikarenakan ia masih ingin membuat ibunya bangga.
“Saya akhirnya ini kan tinggal sama ibu saya. Sendirian di rumah. Beliau juga kerja. Jadi sama-sama cari rezeki agar kompor di rumah tetap menyala. Kalau sudah seperti ini, akhirnya sehidup semati akhirnya sama ibu juga kan,’’ katanya. (teg/imm)
Reporter: Priyo SPd
Editor: Imam Nurcahyo
Publisher: Imam Nurcahyo