Pelatihan Pengembangan Tanaman Jati oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Percepat Pertumbuhan Jati dengan Teknologi Ex Vitro
Sabtu, 21 Januari 2017 20:00 WIBOleh Muliyanto
Oleh Muliyanto
Temayang – Salah satu metode mempercepat pertumbuhan tanaman jati adalah dengan teknologi ex vitro, yakni teknik perbanyakan tanaman yang didasari teknologi penyediaan bibit jati unggul.
Teknik ini mulai dikenalkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) kepada masyarakat Bojonegoro pada pelatihan yang digelar hari ini, Sabtu (21/01/2017) di Balai Desa Papringan Kecamatan Temayang.. Bekerjasama dengan DPR RI Komsi VII, BPPT meyakinkan masyarakat bahwa teknologi ex vitro cukup menjanjikan.
Deputi BPPT Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi, Gatot Dwianto mengatakan teknologi cuku bagus untuk diterapkan di Bojonegoro yang memiliki pohon atau hutan jati cuku melimpah. Teknologi kultur ex vitro sendiri merupakan teknologi perbanyakan tanaman yang didasari teknologi perbanyakan secara in vitro, di mana tahapan yang dilakukan dalam kultur ex vitro sama dengan tahapan kultur in vitro yaitu pemilihan tanaman induk yang berkualitas dan bebas hama penyakit, pencucian dengan bahan surfaktan untuk menghilangkan kontaminan yang menempel dan membuka pori-pori sel, yang mampu membunuh jamur dan bakteri, inkubasi dalam media tanam dalam ruang inkubator pada suhu dan kelembaban terkontrol.
“Bibit jati hasil rekayasa secara ex vitro ini juga lebih cepat besar, kalau biasanya butuh waktu 10-20 tahun untuk mencapai diameter 20-25 cm. Dengan ex vitro tanaman jati hanya membutuhkan waktu 5-6 tahun untuk mencapai diameter yang sama," kata Gatot.
Saat ini BPPT dengan DPR Komisi VII berkomitmen terus melakukan inovasi dan layanan teknologi untuk masyarakat, salah satunya memberikan pelatihan teknologi penyediaan bibit jati unggul di masyarakat dengan teknik ex Vitro untuk bibit jati yang cepat, murah dan mudah kepada penangkar bibit jati di Bojonegoro ini.
Kayu jati sendiri merupakan salah satu jenis kayu potensial yang mendapat prioritas untuk dikembangkan di Indonesia. "Jati memberikan manfaat yang besar bagi income pendapatan negara. Dulu Kayu Jati yang dihasilkan dari daerah hutan di Bojonegoro merupakan salah satu kayu jati terbaik di Indonesia," ujarnya
Namun, dari hasil analisis BPPT, jati memiliki pertumbuhan lambat. Untuk itu BPPT hadirkan Teknologi kultur ex vitro untuk memperbanyak bibit jati unggul yang bisa di tanam di Bojonegoro.
Sementara itu Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Satya Widya Yudha menyampaikan, sejak tahun 1999, pengrajin kayu jati mengalami kesulitan dalam memeroleh bahan baku.
"Sulitnya memperoleh bahan baku inilah yang menyebabkan harga kayu jati menjadi mahal. Sehingga tidak cukup untuk memenuhi permintaan atas kayu jati," tuturnya.
Dulu kayu jati yang dihasilkan Bojonegoro memiliki kualitas unggul. Kayu jati asli Bojonegoro berwarna merah bata, seratnya rata, kering, padat dan kuat sehingga kerajinan mebel dan ukiran kayu jati asal Bojonegoro sangat terkenal. Yudha ingin agar jati Bojonegoro tak luntur kualitasnya. (mol/moha)