Fisherman Community Sili Bangkit
Perangi Penangkapan Liar Ikan Bengawan
Minggu, 04 Oktober 2015 15:00 WIBOleh Mulyanto
Oleh Mulyanto
Kota-Kekayaan Bengawan Solo perlu dilestarikan, baik sungai itu sendiri atau kandungan-kandungan penting di dalamnya. Termasuk ikan bengawan.
Fisherman Community Sili Bangkit, peduli itu. Sejak berdiri pada 2013 lalu, Sili Bangkit membaktikan diri sebagai kelompok yang peduli pada keberlangsungan ikan-ikan bengawan. Karena tekad dan kegigihannya, Dinas Perikanan Kabupaten Bojonegoro mempercayai komunitas tersebut sebagai Pokmaswas (Kelompok Masyarakat Pengawas) untuk wilayah Kota.Tugas Pokmaswas adalah mengawasi keberlangsungan hidup ikan-ikan sungai dari tangan-tangan tidak bertanggung jawab.
Sekretaris komunitas tersebut, Rudi Kurniawan (48), membenarkan bahwa komunitasnya benar-benar telah ditunjuk sebagai Pokmaswas. "Tugasnya mengawasi orang nyetrum, kebersihan lingkungan dan hal-hal yang sifatnya merusak lingkungan," kata lelaki berambut gondrong itu, saat ditemui BeritaBojonegoro.com (BBC) di sekretariatnya, RT 01 RW 01 Ledok Wetan, Kecamatan Kota, siang hari ini, Minggu (04/10).
Mereka menjadi pengawas di sepanjang sungai wilayah kota, yakni dari Kali Ketek untuk batas timurnya, sampai Jalan Prajurit Abu untuk batas baratnya.
Rudi mengatakan bahwa ada banyak varian atau jenis ikan bengawan yang saat ini sudah langka bahkan punah. Salah satunya, kata Rudi, adalah ikan Sili. Yang ada saat ini umumnya ikan jambal, nggaritel, wader, dan tawas.
"Ikan Sili ini paling dibanggakan pada zaman dulu, sejak nenek moyang, tetapi sekarang sudah punah. Tidak ada lagi bisa ditemukan ikan jenis ini di Bengawan Solo," katanya. kelangkaan atau kepunahan ikan, bisa jadi karena air sungai yang kotor atau karena ulah para penangkap yang tidak bertanggung jawab.
Ciri-ciri ikan ini adalah mempunyai moncong yang panjang serta mempunyai panjang tubuh sekitar 30 cm. Berat maksimalnya, rata-rata, bisa ½ Kg. Ikan itu sekarang sudah tidak ada. Rudi juga menyampaikan kalau ada masyarakat yang bisa menemukan ikan tersebut, agar bersedia menyerahkannya kepada Komunitasnya. Ikan itu akan dirawat untuk dikembangbiakkan sebelum nantinya dilepaskan kembali ke sungai.
"Tapi hingga saat ini, tidak ada. Kami telah menerima bantuan dari Dinas Pengairan Proivinsi Jawa Timur. Semuanya ikan tawas. Tidak ada yang ikan sili," keluhnya.
Pada Juni tahun lalu, Rudi mengaku mendapatkan bantuan bibit ikan sebanyak 200.000 ekor tawas berusia sekitar 3 minggu dari Dinas Pengairan Provinsi. Ikan itu dilepas ke Bengawan Solo. Sebulan kemudian, bantuan datang lagi sejumlah yang sama. Tapi tidak ada jenis ikan Sili seperti yang sebenarnya diinginkannya itu.
"Kalau boleh meminta, kami meminta jenis ikan Sili itu," katanya. Kepedulian terhadap nasib ikan sili yang punah itulah yang kemudian membuat dia dan komunitasnya menjadikan ikan sili sebagai nama; Fisherman Community Sili Bangkit.
Sili Bangkit melawan cara-cara penangkapan ikan dengan merusak lingkungan seperti menggunakan bahan peledak, setrum, jaring besar dan apalagi penggunaan racun. Untuk menggalang kesadaran masyarakat, Komunitas ini sering mengadakan acara semacam lomba mancing dan memancing bersama.
Sebagai upaya pemantapan kapasitas, komunitas ini pernah diundang mewakili Kabupaten Bojonegoro oleh Dinas Pengairan Jawa Timur sekitar setahun yang lalu.
Arif, anggota komunitas, yang hadir dalam undangan tersebut mangatakan bahwa di sana dia diberi pemantapan bahwa pelestarian lingkungan sungai merupakan sesuatu yang penting dan orang-orang yang terlibat di dalamnya adalah orang-orang penting.
"Tugas semacam ini adalah pekerjaan sosial yang membutuhkan kepedulian tinggi. Sayang masih banyak masyarakat yang kurang peduli. Banyak warga yang mesih membuang limbah rumah tangga ke sungai. Itu bisa mencemari sungai," katanya.
Komunitas ini sekarang telah beranggotakan hampir seratus orang yang terdiri dari berbagai kecamatan. Mereka berharap bahwa kesadaran masyarakat semakin meningkat dengan adanya komunitas ini. (mol/ moha)