PAFI Bojonegoro Gelar Seminar dan Workshop Kefarmasian
Minggu, 26 November 2017 14:00 WIBOleh Imam Nurcahyo
Oleh Imam Nurcahyo
Bojonegoro Kota - Pengurus Daerah PAFI (Persatuan Ahli Farmasi) Kabupaten Bojonegoro pada Minggu (26/11/2017) menggelar seminar dan workshop kefarmasian, bertempat di Gedung Islamic Center, Bojonegoro. Acara tersebut dibuka oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Bojonegoro, Soehadi Moeljono dan dihadiri juga oleh Kepala Dinas Kesehatan Bojonegoro Ninik Kusmiayati, Ketua Pengurus Daerah PAFI Jatim Hendro Tripancoro, Ketua Pengurus Cabang PAFI Bojonegoro, Mochamad Salim dan praktisi-praktisi kefarmasian lainnya.
Dalam sambutannya Seohadi Moeljono, mengapresiasi eksistensi dari Pengurus Daerah PAFI Bojonegoro dimana merupakan bagian penting dalam bidang kesehatan. Sekda menyampaikan bahwa untuk pembangunan bidang kesehatan, ada 4 (empat) pilar yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain dan harus saling berkoordinasi. Pilar yang pertama adalah Pilar Pemerintah, sebagai fasilitator dan pendorong, pilar yang kedua yaitu element masyarakat yang terdiri perguruan tinggi, sekolah-sekolah farmasi. Kemudian pilar yang ketiga adalah para pengusaha atau pembisnis.
“Sedangkan pilar yang keempat adalah masyarakat itu sendiri.” jelas Sekda.
Selanjutnya Sekda juga mengatakan, di Kabupaten Bojonegoro untuk pembangunan di bidang kesehatan, konsen pada pembangunan sumber daya manusia (SDM) dan sarana prasarana kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas dan lain-lain.
“Kesehatan dibangun dengan 4 pilar, tetapi dengan pelayanan masyarakat yang terbaik dan dilayani oleh petugas-petugas yang profesional,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu pula Hendro Tripancoro selaku ketua Pengurus Daerah PAFI Jatim mengatakan, acara yang dikuti kurang lebih 700 peserta dari TTK (Tenaga Tehnis Kefarmasian) se-Jatim dan para mahasiswa dan sekolah-sekolah farmasi yang ada di Jatim ini bertujuan selain untuk memperkenalkan sistem oline STR (Surat Tanda Registrasi) TTK dan KTAN (Kartu Tanda Anggota Nasional), juga untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para TTK terkait kerfarmasian.
“Selain itu juga untuk memberi pengetahuan terkait identifikasi serta pencegahan penyakit jantung akut.” jelasnya
Sedangkan Kepala Dinas Kesehatan Bojonegoro, Ninik Kusmiayati, dalam sambutannya mengatakan bahwa tenaga kefarmasian adalah bagian tenaga kesehatan yang penting, guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. “Tenaga kesehatan itu harus mempunyai pengetahuan dan kemampuan.” jelasnya.
Tenaga kefarmasian di Kabupaten Bojonegoro adalah tenaga yang langka, hanya ada 100 apoteker, di 36 puskesmas hanya 7 puskesmas yang mempunyai TTK lulusan setara D3 Farmasi, sehingga ada 29 puskesmas yang belum mempunyai TTK. Bahkan di Rumah Sakit di Bojonegoropun masih kekurangan tenaga apoteker dan TTK. Untuk itu diharapkan pada seminar ini ada titik temu adanya mis komunikasi terkait TTK di Bojonegoro.
“Diharapkan nantinya untuk standart pelayanan kefarmasian di setiap puskesmas harus ada TTK.” tuturnya (red/imm)