Mbah Ti, 30 Tahun Keliling Jualan Bubur dan Jenang
Tentang Jenang Grondol di Pagi Hari
Selasa, 03 November 2015 10:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Padangan - Jenang grondol sungguh nikmat disantap di pagi hari, saat rasa kantuk belum sepenuhnya sirna, dan saat jenang ngendul masih menyimpan kehangatannya. Begitu kuahnya menyentuh lidah dan tenggorokan, jangan sesali kepergian rasa kantuk.
Bentuknya bulat sebesar kelereng, agak bening. Bulatan – bulatan itu biasanya disajikan dalam sebuah mangkuk atau takir, wadah dari daun pisang. Disajikan bersama dengan kuah santan hangat dan lelehan kental gula merah. Lidah siapapun akan segera akrab menerima sentuhan dan rasanya. Apalagi jika masih hangat. Benar-benar hangat. Saat asapnya masih mengepul. Karena kepulan asapnya adalah juga sebuah rasa.
Salah satu penjual jenang grondol di Desa/ Kecamatan Padangan yang masih bertahan adalah Mariati. Dia akrab disapa Mbah Ti. Perempuan yang seluruh rambutnya sudah memutih itu mengaku sudah 30 tahun lebih berjualan jenang grondol. Tiap hari dia berkeliling di seputar Padangan dan Cepu untuk berjualan.
"Kalau masih pagi-pagi gini biasanya tetangga sekitar yang beli. Kalo sudah ndak ada yang beli baru berangkat keliling," kata Mbah Ti pada BeritaBojonegoro.com (BBC).
Di kediamannya yang terbuat dari papan tua, dia ditemani sang suami yang kini juga sudah renta. Sebab itulah dia harus bekerja, demi kelangsungan hidup mereka. Karena sang suami kini juga sakit-sakitan. Sementara kedua anaknya juga sudah berkeluarga. Mereka berdua, kata Mbah Ti, biasanya pulang tatkala lebaran atau hari-hari tertentu saja.
Selain jenang grondol, Mbah Ti juga membuat jajanan lain, seperti bubur blowok dan ketan ireng. Untuk menikmati jajanan buatannya juga tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam. Perbungkus, Mbah Ti hanya mematok harga sebesar seribu rupiah. Dalam sehari, akunya, dia dapat meraup omset sebesar 100 hingga 150 ribu rupiah.
Pada BBC Mbah Ti mengaku kerap kali mangkal di depan sekolah-sekolah, atau tempat keramaian tertentu. Baginya apa yang dijalaninya selalu dia syukuri. Sebab itulah dia mampu bertahan dari tahun ke tahun berjualan bubur dan jenang grondol. Keinginan terbesarnya saat ini agar suami dapat hidup sehat dan bahagia berdua.
"Mau apalagi, sudah memasuki usia renta. Asal bisa sehat dan berdua, kita sudah bahagia," pungkas Mbah Ti. (rul/ moha)