Ingat : "Kekuasan adalah Pedang Bermata Dua"
Selasa, 11 Agustus 2015 17:00 WIBOleh Abdus Syafik
Oleh : Abdus Syafik
http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/1334-simbol-keteladanan-polri
Di tengah terjadinya krisis kepercayaan kepada Polri dan birokrasi, ia tampil sebagai seorang yang pantas dipercaya. Sampai-sampai ada guyonan di masyarakat bahwa hanya ada dua Kapolri (1968-1971) polisi yang tidak bisa disuap, yaitu Kapolri (1968-1971)
Hoegeng dan Kapolri (1968-1971) polisi tidur.
Ia memang seorang pejabat (Kapolri (1968-1971) polisi) yang senantiasa hidup jujur dan bersahaja. Ia pantas diteladani. Ia simbol kejujuran dan keteladanan bukan hanya bagi kepolisian d:an seluruh jajaran birokrasi, tetapi juga bagi segenap lapisan masyarakat.
Semasa menjabat Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri), dia pernah membongkar kasus penyelundupan mobil mewah. Dia pula orang pertama mencetuskan dan menganjurkan memakai helm bagi pengendara sepeda motor, serta menganjurkan kaki mengangkang bagi pembonceng sepeda motor. Ketika itu, dia banyak mendapat kritik. Walau kemudian, setelah ia pensiun, anjurannya berbuah dimana pengendara sepeda motor menjadi sadar betapa pentingnya memakai helm.
Dia seorang yang jujur dan konsisten dalam melakukan kewajibannya sebagai polisi (kapolri). Namun ironisnya, akibat kejujuran dan keteguhannya melaksanakan tugas, dia malah diberhentikan oleh Presiden Republik Indonesia Kedua (1966-1988)
Presiden Soeharto dari jabatan Kapolri sebelum selesai masa jabatan yang seharusnya tiga tahun.
Bermula dari rencananya untuk menangkap seorang penyelundup besar, yang buktinya di Mabes Polri sudah cukup untuk ditahan. Namun karena si penyelundup itu disebut-sebut dekat dengan Cendana, maka ia ingin lebih dahulu melaporkan penangkapan tersebut kepada Presiden Republik Indonesia Kedua (1966-1988) Presiden Soeharto. Lalu, ketika sampai di Cendana, ia kaget karena si penyeludup itu tengah berbincang- bincang dengan Presiden Republik Indonesia Kedua (1966-1988) Soeharto. Sejak saat itu, ia sangat sulit mempercayai Presiden Republik Indonesia Kedua (1966-1988) Presiden Soeharto.
Dia merasa, hal itulah yang mempercepat pemberhentiannya sebagai Kapolri. Walaupun alasan yang dikemukakan oleh Presiden Republik Indonesia Kedua (1966-1988)
Soeharto adalah untuk regenerasi. Alasan yang dibuat-buat. Sebab ketika dia menanyakan siapa penggantinya, Presiden Republik Indonesia Kedua (1966-1988) Soeharto menyebut Mohammad Hassan, yang ternyata berusia lebih tua darinya.
Ada kisah menarik ketika Proklamator, Presiden Republik Indonesia Pertama (1945-1966)
Presiden Soekarno mengkaryakannya menjadi Kepala Jawatan Imigrasi. Sehari sebelum pelantikan, ia meminta isterinya, Merry (Marie Roselina), untuk menutup toko kembang isterinya itu di Jalan Cikini. Alasannya, karena ia akan dilantik menjadi Kepala Jawatan Imigrasi.
"Apa hubungan dengan toko kembang?" tanya isterinya.
"Nanti semua orang yang berurusan dengan imigrasi akan memesan kembang pada toko kembang Ibu Merry dan ini tidak adil untuk toko-toko kembang lainnya," jelas Hoegeng. Isterinya pun memahami dan menutup toko kembangnya.
Dia telah menerima banyak tanda jasa, antara lain, Bintang (BT) Gerilya, BT Dharma, BT Bhayangkara, BT Kartika Eka Paksi Tingkat I, BT Jasasena, Swa Buawa, Panglima Setya Kota, Sapta Marga, Prasetya Pancawarsa, Satya Dasawarasa, Yana Utama, Penegak dan Ksatria Tamtama. Ia juga dianugerahi LBH Award, saat Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) itu memperingati HUT 32 tahun. Semoga akan banyak Hoegeng Hoegeng Baru agar kepolisian Republik Indonesia menjadi lebih baik.