Menengok Kampung Jahe, Trenggulungan Kecamatan Ngasem
Kamis, 27 Agustus 2015 19:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Ngasem - Puluhan warga Desa Trenggulunan, Kecamatan Ngasem, menanam jahe merah dan gajah. Gagasan budidaya bahan baku jamu tradisional tersebut awalnya berasal dari pengurus Majelis Wilayah Cabang Nahdlatul Ulama' (MWC NU) Ngasem. Yakni sebagai upaya memandirikan warga nahdhiyin anggotanya, di wilayah Ngasem. Meskipun pengembangannya juga dilakukan di daerah lain.
Direktur Baitul Mal Wat Tanbih (BMT) MWC NU Ngasem, Moh. Wahyudi, menerangkan bahwa ide menanam jahe tersebut sempat mengalami kendala lantaran mereka belum mengetahui metodenya. Menyikapi hal tersebut, ia bersama tim melakukan study banding ke Blitar. Di sana, mereka juga sekaligus mengambil bibitnya. Tiap bibit seharga Rp1.200.
“Untuk proses penanaman sebetulnya nggak ada masalah. Dua bulan ini saya lihat tumbuhnya juga bagus. Hanya saja tantangannya adalah bagaimana menciptakan pasar sendiri,” ujar pria asal Pasuruan itu.
Kepala Desa Trenggulunan, Rohman, kepada BBC, sebutan BeritaBojonegoro.com, mengatakan bahwa saat ini jumlah warga yang membudidayakan jahe merah dan jahe gajah hampir tiga puluh Kepala Keluarga. Mereka dibagi menjadi 5 kelompok. Tiap kelompok memperoleh minimal 200 bibit jahe merah dan 200 bibit jahe gajah.
Rohman menambahkan keterangannya bahwa menanam jahe memiliki kelebihan. Di antaranya, penanaman jahe tidak membutuhkan lahan luas karena bisa ditanam di sekitar rumah hanya menggunakan petak-petak dari papan kayu. Satu petaknya biasanya bisa ditanami 200 bibit.
Rohman berharap agar jahe yang ditanam warganya membuahkan hasil. Sehingga dapat menjadi alternatif penghasilan tambahan.
"Bahkan sebentar lagi ada tambahan bibit sebanyak dua ribu,” terang nomor 1 di Trenggulungan, yang letaknya hanya sekitar 5 kilometer dari Kantor Kecamatan Ngasem.
Selain itu, salah satu petani jahe merah, A'im, mengatakan bahwa penanaman jahe tidak begitu sulit. Caranya, kata A'im, pertama-tama tanah yang hendak ditanam ditabur pupuk kompos dahulu. Kemudian setiap hari harus disiram air. Potensi hasilnya pun cukup menggiurkan. Tiap satu batang bibitnya dapat menghasilkan kurang lebih 4 sampai 5 Kg jahe. Sedangkan harga perkilonya mencapai Rp 7.000 sampai Rp 8.500.
“Masa panen jahe merah lumayan lama. Yakni, 1 tahun. Sementara jahe gajah, 6 bulan dah bisa dipanen," terang A'im yang ketika ditemui BBC sedang menyirami petak jahe tanamannya, di belakang rumah.
A'im melanjutkan keterangannya. Agar memperoleh hasil yang baik, harus senantiasa memperhatikan masa tanam. Jika terguyur hujan, lanjut dia, daun-daun jahe akan menguning. Perempuan berkulit kuning langsat itu berharap agar hasil panennya bagus, sehingga membuahkan hasil. (rul/moha)