Pencak Silat Rasa Asli Bojonegoro, Kini Diteruskan Generasi Keempat
Jumat, 25 Maret 2016 10:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Kota - Sekilas tidak ada yang menunjukan bahwa Masrukin (48) warga Jalan Gajah Mada, Desa Sukorejo, Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro, merupakan guru besar organisasi pencak silat. Namun, dibalik penampilannya yang sederhana itu, dia merupakan guru besar di organisasi pencak silat Rasa.
Dalam ceritanya saat menghadiri acara Sarasehan Penanggulangan Potensi Konflik dan Kerawanan Sosial di kantor Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbangpolinmas) Kabupaten Bojonegoro, dia merupakan generasi keempat yang mewarisi tanggungjawab merawat seni bela diri asli Bojonegoro itu.
"Memang sengaja organisasi ini tidak disebarluaskan. Sehingga biar sedikit (anggotanya) tapi memang benar-benar memegang ajaran organisasi," ujarnya.
Organisasi pencak silat Rasa di Kabupaten Bojonegoro berdiri sejak 1 Mei 1948. Awalnya, organisasi pencak silat itu dibawa oleh guru besar Mbah Achmadi. Mbah Achmadi yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Desa Sukorejo itu mencetuskan gerakan-gerakan seni beladiri, bersama dengan salah seorang abdi dalem keraton, Rusiman dan istrinya.
"Organisasi pencak silat Rasa ini pertama dibawa oleh Mbah Achmadi yang ahli pencak silat. Kemudian tukar kaweruh dengan Raden Rusiman bersama dengan istrinya dari Magelang," jelasnya.
Pendirian organisasi pencak silat Rasa ini kemudian mengambil perpaduan gerakan-gerakan seni SH Sepuh dan Cimande. Ada 30 gerakan kembangan atau jurus yang diciptakan. Rasa sendiri, kata Masrukin, merupakan singkatan dari rukun, angudi santosoning anggo (mencari kerukunan dan kebaikan rakyat).
"Selain menciptakan atlet pencak silat, organisasi Rasa ini juga menciptakan penguatan rohani anggotanya," ungkapnya.
Masrukin sendiri merupakan generasi keempat hingga saat ini. Pada generasi pertama, guru besar organisasi Rasa ini Mbah Achmadi, dan wafat sekitar tahun 1990-an. Generasi kedua kemudian diturunkan kepada KH Sulaiman. Sulaiman mendapat mandat untuk menjadi guru besar pada tahun 1974. Sulaiman ini juga ikut berpartisipasi dalam pembentukan IPSI di Bojonegoro.
"Pada tanggal 20 Juni 1986 organisasi pencak silat Rasa masuk dalam IPSI (Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia)," jelas Masrukin.
Kemudian, digenerasi ketiga Tafa Sulaiman yang menduduki sebagai guru besar dan berakhir masa jabatannya pada tahun 2015. Generasi yang mewarisi kepemimpinan Rasa ini kata Masrukin masih memiliki hubungan darah dengan Raden Ahmad Subkan atau Mbah Singonoyo. "Komunitas ini murni untuk pengembangan budaya dan tidak ada unsur politik," katanya.
Saat ini perkembangan organisasi Rasa sudah berdiri di kantor-kantor cabang seperti di Kecamatan Tambakrejo, Ngasem, Dander, dan Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro. Atlet yang ikut dalam organisasi Rasa juga sering dikirim mewakili Kabupaten Bojonegoro dalam setiap kejuaraan. "Sering mengirim atlet di Jawa Timur. Terakhir di Ngawi, Prapon untuk seleksi Pon, mewakili bojonegoro," pungkasnya. (ver/kik)