News Ticker
  • Kecelakaan Beruntun di Padangan, Bojonegoro, Seorang Pemotor Meninggal Dunia
  • Tinggal Sebatang Kara, Seorang Nenek di Bojonegoro Ditemukan Meninggal di Rumahnya
  • Penambang Pasir yang Tenggelam di Sungai Bengawan Solo Bojonegoro Ditemukan Meninggal
  • Pj Bupati Bojonegoro Launching Program ‘Paman Sehati’
  • Pertemuan Rutin PKK, DWP, dan Perwosi se-Bakorwil II Bojonegoro Digelar di Bojonegoro
  • Buka Lokakarya 7 Panen Hasil Belajar PGP, Bupati Blora Minta Guru Semakin Kreatif dan Inovatif
  • Seorang Penambang Pasir Tradisional di Bojonegoro Dilaporkan Tenggelam di Sungai Bengawan Solo
  • Tabrakan Motor dengan Truk Boks di Baureno, Bojonegoro, Seorang Pemotor Meninggal Dunia
  • Tim Satgas Saber Sampah DLH Blora Masifkan Gerakan Bersih Sampah
  • Tabrak Tiang Lampu PJU, Pemotor di Gayam, Bojonegoro Meninggal Dunia
  • Hadiri Halal Bilahal di Korwil Jepon, Bupati Blora Minta Guru Ikut Atasi Anak Tidak Sekolah
  • Pembangunan Jalan Randublatung-Getas, Blora Bakal Dilanjutkan
  • Jalur Randublatung-Getas, Blora Jadi Alternatif Pemudik
  • Sejumlah Tokoh Lintas Agama Ikut Berlebaran di Blora
  • Pertama Kali Digelar, Festival Thekthek di Blora Berlangsung Meriah
  • Lepas Mudik Gratis dari TMII, Bupati Blora Disambut Hangat Warga Perantau
  • Terjatuh dari Jembatan, Petani di Gondang, Bojonegoro Meninggal Dunia
  • Bupati Dorong Baznas Blora Berinovasi untuk Optimalkan Perolehan Zakat
  • Kirim Proposal ke Kemenpora, Bupati Blora Minta Bantuan Pembangunan Stadion
  • Ratusan Petugas Gabungan Siap Amankan Lebaran di Blora
  • Bupati Arief Rohman Usulkan Blora Jadi Kawasan Industri Jateng
  • Datangi Kementerian Perdagangan, Bupati Blora Dorong Percepatan Pembangunan Pasar Ngawen
  • Puluhan Orang Korban Arisan Bodong di Bojonegoro Laporkan Owner ke Polisi
Membaca Kehidupan Madura Melalui Pertunjukan Masegit

Pertunjukan Masegit karya Roka Teater

Membaca Kehidupan Madura Melalui Pertunjukan Masegit

Oleh Mohammad Tohir

Adegan The Last Supper atau Perjamuan Terakhir menjadi pembuka pertunjukan Masegit karya Roka Teater dari Yogyakarta, Minggu (28/08/2016) di Gedung Budaya Cak Durasim Surabaya. Adegan ini juga menjadi penutup pertunjukan penuh simbol ini.

Dalam The Last Supper kali ini, bukan Yesus yang tengah berdiri dikelilingi para pengikutnya di sana. Melainkan seorang kiai yang dikelilingi para santrinya. Dan bukan makanan dan anggur yang tersaji pada meja perjamuan, melainkan tulang belulang dan tengkorak sapi, binatang yang begitu dekat dengan masyarakat Madura.

Pertunjukan Masegit ini merupakan sajian penutup dari Parade Teater Jawa Timur 2016 yang digelar pada beberapa malam sebelumnya. Parade teater tahun ini, banyak diwarnai oleh kelompok teater asal Madura. Kelompok Roka Teater sendiri meskipun bermukim di Yogyakarta, didirikan dan diisi oleh para seniman asal Madura.

Masegit adalah bahasa Madura untuk masjid. Roka Teater lewat pertunjukan ini ingin menunjukkan bahwa begitu pentingnya masjid bagi masyarakat Madura. Di Indonesia, Jawa khususnya, ada dua jenis masjid. Masjid besar yang biasa digunakan untuk salat Jumat dan masjid kecil atau yang biasa disebut surau atau langgar. Yang langgar atau surau ini tidak bisa dipakai untuk salat Jumat, ibadah mingguan umat Islam. Namun, yang pasti keduanya memiliki fungsi yang sangat penting bagi masyarakat. Masjid atau Masegit merupakan keriuhan dimana segala aktivitas manusia Madura sangat dekat dengannya. Hampir segala persoalan selalu disandarkan pada masjid dan sesuatu yang dekat dengannya, sebut saja kiai atau ulama. Sebelum dan sesudah laku kebudayaan orang Madura, konsultasinya adalah kepada kiai.

“Bukan bangunannya saja yang penting. Melainkan juga segala aktivitas yang berhubungan dengan masegit,” kata Sohifur Ridho Ilahi, sutradara Masegit.

Menurutnya, Pertunjukan Masegit merupakan sebuah usaha untuk melihat dan memapar kenyataan atas isu-isu sosial dan kebudayaan yang pernah dan tengah berlangsung di Madura.

Masegit melibatkan banyak tokoh dan telah melalui proses yang cukup panjang dan cukup serius sebelum siap dipertunjukkan. Dimulai bulan April lalu, Roka Teater menggelar rangkaian diskusi untuk membahas isu-isu sosial yang telah dan tengah terjadi di Madura. “Masegit ini melibatkan banyak pihak, sejarawan, penyair, perupa, peneliti, juga riset buku-buku yang memapar Madura. Kami diskusi tidak hanya sekali dua kali. Kami menampung segala masukan dari banyak orang,” kata Ridho menerangkan.

Seniman-seniman yang terlibat antara lain Abdul Ghafur, Efendy Mazila, Eka Wahyuni, Habiburrahman, Neneng Maryam, Radha Puri, Imam Syaifurrahman, Suvi Wahyudianto, Giyarian Harik, Oong M. Pathor.

Mereka terlibat begitu aktif dan penting dalam lahirnya Masegit. Misalnya, adegan seperti The Last Supper seperti disebut di awal tadi, merupakan ide seorang perupa asal Bangkalan Suvi Wahyudianto. Pada awal tahun lalu, Ridho menceritakan, Suvi menggelar pameran tunggal bertajuk Homo Sapirnis. Di pameran itu, salah satunya, Sivu memamerkan karya berupa tulang belulang sapi, binatang yang akrab di masyarakat Madura itu. “Di situ ingin dikatakan bahwa sapi yang kita agung-agungkan itu, dagingnya kita makan. Dan sapi itu siapa? Kita sendiri,” kata Ridho mengulang paparan Sivu saat pameran.

Itu adalah salah satu yang ingin ditunjukkan pertunjukan Masegit kepada masyarakat Madura, juga masyarakat lainnya di luar Madura tentu saja. Dan yang lebih penting lagi, kata Ridho, dia ingin bahwa pertunjukan ini tidak hanya tehenti sebagai sebuah pertunjukan. Melainkan bisa menjadi refleksi bagi pelaku dan penontonnya. Masyarakat diharapkan dapat menangkap sesuatu dari wacana dan isu-isu yang mereka temukan di masyarakat, selanjutnya menjadi bahan refleksi bersama dalam melihat kenyataan sosial kita.

“Teater ini selain sebagai sebuah pertunjukan, juga berfungsi sebagai sebuah alat baca. Alat untuk membaca realitas masyarakat kita,” kata Ridho mempertegas.

Sebagai sebuah alat, ada hal-hal yang tak selesai di dalamnya. Banyak adegan yang justru berupa sebuah pertanyaan. Misalnya, ada adegan para tokoh melambai-lambaikan gayung yang melambangkan para orang di sekeliling masegit di Madura, kerap sekali meminta sumbangan untuk pembangunan masjid. “Pekerjaan rumah kita adalah mempertanyakan sebenarnya untuk apa kita meminta-minta itu. Untuk mengajak seluas mungkin masyarakat untuk beramal atau justru menunjukkan bahwa kita sebenarnya tidak mampu membangun masjid tetapi memaksakan diri,” kata Ridho menjelaskan.

Pertunjukan yang berlangsung selama sekitar 60 menit ini adalah penerima anugerah Yayasan Kelola 2016, yang selain digelar di Gedung Cak Durasim pada 28 Agustus, juga di Auditorium STAIN Pamekasan, Madura pada 03 September kemarin.

Afrizal Malna, komite teater Dewan Kesenian Jakarta, yang juga hadir saat pertunjukan di Cak Durasim , pagi ini menulis di Jawa Pos tentang teater Madura yang cukup mewarnai pentas teater nasional saat ini. Menurut Afrizal, teater seperti yang tengah dipertunjukkan salah satunya Roka Teater, tengah membawa medan baru dalam teater. Yakni kecenderungannya menggunakan tubuh lokal, bukannya tubuh urban atau budaya kota yang lebih banyak mewarnai teter modern Indonesia saat ini. “Sebuah pos teater modern Indonesia. Bahwa teater Indonesia tidak ada dalam arti platform yang harus diikuti. Yang ada adalah berbagai kemungkinan tetaer yang digali dalam lingkungan lokalitas dengan mata rantai budaya masing-masing sebagai laboratorium utamanya,” demikian tulis penulis buku Sesuatu Indonesia itu.(*/moha)

Kredit foto: dokumentasi Asri 

 

Iklan Sesarengan mBangun Blora
Berita Terkait

Videotorial

Masyarakat di Bojonegoro Rasakan Manfaat Pemasangan Lampu PJU

Masyarakat di Bojonegoro Rasakan Manfaat Pemasangan Lampu PJU

Pemerintah kabupaten (Pemkab) Bojonegoro melalui Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Cipta Karya (PKPCK) secara bertahap menambah jumlah lampu penerangan jalan ...

Berita Video

Seorang Kakek Didakwa Curi Ayam, Ini Penjelasan Kepala Kejaksaan Bojonegoro

Seorang Kakek Didakwa Curi Ayam, Ini Penjelasan Kepala Kejaksaan Bojonegoro

Bojonegoro - Usai persidangan dengan terdakwa Suyatno (58), seorang kakek asal Dusun Krajan, Desa Pandantoyo, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro, Jawa ...

Teras

Memasukkan Pendidikan Mitigasi Bencana dalam Kurikulum Sekolah di Bojonegoro

Menyoroti Konsep Penanggulangan Bencana di Bojonegoro

Memasukkan Pendidikan Mitigasi Bencana dalam Kurikulum Sekolah di Bojonegoro

"Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007, tentang Penanggulangan Bencana, Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. ...

Opini

Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa

Opini

Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa

Perangkat Desa, adalah unsur penyelenggara pemerintahan desa yang bertugas membantu kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dalam melaksanakan ...

Quote

Semen Gresik Diving Club Borong Medali di Turnamen Bupati Tuban Cup

Semen Gresik Diving Club Borong Medali di Turnamen Bupati Tuban Cup

Tuban, 21 November 2023 - Semen Gresik Diving Club (SGDC) kembali menorehkan prestasi pada event Bupati Tuban Cup 2023. Club ...

Berita Foto

Warga Bojonegoro yang Dilaporkan Tenggelam di Bengawan Solo Ditemukan Meninggal

Berita Video

Warga Bojonegoro yang Dilaporkan Tenggelam di Bengawan Solo Ditemukan Meninggal

Seorang warga Dusun Gowok, Desa Lebaksari, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro bernama Solikin (55), pada Rabu petang (03/01/2024) dilaporkan tenggelam di ...

Religi

Pakaian Ihram saat Haji dan Umrah, antara Syariat dan Hakikat

Pakaian Ihram saat Haji dan Umrah, antara Syariat dan Hakikat

Judul itu menjadi tema pembekalan sekaligus pengajian Rabu pagi (24/01/2024) di Masjid Nabawi al Munawaroh, Madinah, kepada jemaah umrah dari ...

Hiburan

Dirut Bulog Pastikan Harga Beras Segera Turun

Dirut Bulog Pastikan Harga Beras Segera Turun

Blora - Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi memastikan harga beras yang mahal di pasaran saat ini, akan segera ...

1714150527.0778 at start, 1714150527.2246 at end, 0.14680004119873 sec elapsed