Out Of The Box, SD Mudabo Adakan Fieldtrip Ke PPLH Mojokerto
Minggu, 17 Desember 2017 08:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Mojokerto - Tren organik mulai diminati kembali. Terutama melihat manfaat metode yang alami untuk tanaman, semuanya tidak ada yang terbuang. Daun-daun kering digunakan kembali sebagai pupuk. Hal ini disampaikan oleh satu pendamping PPLH Seloliman Mojokerto kepada anak-anak SD Muhamadiyah 2 Bojonegoro pada Kamis (14/12/2017).
Dalam kegiatan belajar mengajar di SD Muhammadiyah, seringkali diadakan di luar kelas. Seperti kali ini, anak-anak kelas 4 dan 5 ahmad dahlan diajak fieldtrip ke Pusat Pendidikan Lingkungan hidup (PPLH) Desa Seloliman Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto. Letaknya tepat di lereng sebelah barat Gunung Penanggungan, di mana banyak situs-situs peninggalan.
Sekitar 50 anak-anak mengikuti acara ini dengan antusias. Mereka berteriak kegirangan ketika bus mulai menanjak mendekati lokasi. Pemadangan alam yang terhampar di kanan kiri jalan sangat mengundang untuk di foto. Teknik terasering yang ada membuat mereka berdecak kagum. Belum lagi ketika terdapat jurang dengan pepohonan yang disinari matahari pagi. Tidak hanya dengan mata, mereka juga berusaha mengabadikannya melalui kamera.
Sesampainya di PPLH Seloliman, anak-anak disambut oleh pihak PPLH. Setelah makan pagi, kegiatan dilanjutkan dengan materi langsung terkait pertanian organik. Sekitar 50 anak dibagi menjadi tiga kelompok, masing-masing kelompok didampingi dari pihak PPLH. Para pendamping yakni Kak Wandi, Kak J, dan Kak Alim.
PPLH Seloliman ini diresmikan pada Mei 1990 oleh Paduka Pangeran Berhard dari Belanda yang saat itu menjabat sebagai Presiden Direktur World Wide Fund for Nature (WWF). WWF merupakan organisasi internasional yang menangani masalah tentang konservasi, penelitian dan restorasi lingkungan.
Dalam kegiatan fieldtrip ini, anak-anak diajak berkeliling di lingkungan PPLH. Mereka diajak mengenali tanaman-tanaman yang berfungsi sebagai obat, dan juga pertanian organik. Tidak hanya itu mereka juga boleh mengambil sendiri hasil tanaman seperti terong, dan kacang panjang.
"Pertanian organik menggunakan bahan alami dalam prosesnya. Untuk membasmi hama, kami menggunakan buah maja, daun mindi," jelas Kak Wandi.
Anak-anak juga bisa menjawab pertanyaan terkait pupuk yang digunakan yaitu pupuk kompos dan pupuk kandang. Suasana tidak membosankan, karena anak-anak juga bisa bertanya tentang tanaman-tanaman yang ada di sana.
Kegiatan dilanjutkan untuk mengetahui bagaimana padi itu ditanam. Dibawa ke lokasi dengan menggunakan mobil pick up, menuju sawah yang letaknya sekitar 1 km. Kemudian menyusuri pematang sawah dan terjun langsung di sawah. Pada kegiatan ini anak-anak langsung terjun di sawah dan menancapkan bibit padi itu di sawah. Baju mereka penuh lumpur, tetapi mereka semuanya tertawa. Apalagi ketika mereka diberi kesempatan untuk menaiki kayu yang ditarik oleh sapi untuk membajak sawah.
Kak Alim menjelaskan bahwa dalam kegiatan ini PPLH bekerja sama dengan petani lokal. Jadi tempat yang digunakan untuk mengedukasi anak-anak tidaklah selalu sama.
"Setiap ada anak-anak yang datang, kami mencari tempat di sekitar sini yang sawahnya masih belum ditanami," jelas Kak Alim.
Puas bermain di sawah, mereka diajak ke sungai untuk membersihkan diri. Anak-anak bahkan bermain dengan 'ngintir' di sungai. (ver/imm)