Agar Bahasa Jawa Tak Punah, Menulis Sastra
Rabu, 21 Oktober 2015 18:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Kota - Selain membawa harapan dan hal positif, globalisasi punya dampak buruk. Salah satunya, semakin pudarnya identitas lokal. Salah satu identitas lokal adalah bahasa daerah.
Hal itu disadari betul oleh Pamarsudi Sastra Jawa Bojonegoro (PSJB). Melalui sarasehan Sastra dan Budaya yang digelar hari ini tadi, PSJB berusaha mengikis dampak buruk itu.
Dimulai pukul 08.00 WIB pagi hari ini, Rabu (21/10), bersama guru-guru MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) SMP/ MTs Bahasa Jawa, PSJB menggelar sarasehan sastra budaya yang diisi dengan bedah buku karya penulis-penulis lokal Bojonegoro. Ada 2 buku yang diterbitkan, yaitu Lingkar Jati (kumpulan cerpen dan puisi), dan Lintang Gumawang (puisi Jawa). Acara digelar di lobby atas SMP Negeri Model terpadu Bojonegoro.
JFX Hoery, ketua PSJB, mengatakan bahwa bahasa Jawa di kalangan anak-anak muda ini sangat memprihatinkan. "Tapi dalam dunia pendidikan kita sangat bersyukur ada pergup Jawa Timur yang menyatakan bahwa bahasa daerah menjadi muatan lokal wajib. Sekarang di Bojonegoro sendiri sudah ada muatan lokal bahasa-bahasa Bojonegoro," kata penulis yang pernah meraih hadiah bergengsi Sastra Rancage itu.
Yang dimaksud Hoery adalah Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 19 tahun 2014 tentang bahasa jawa sebagai muatan lokal wajib di Provinsi Jawa Timur. Bahasa Jawa harus menjadi mata pelajaran wajib dari SD sampai SMA/ SMK, minimal dua jam pelajaran selama satu minggu.
Menurut Sri Kuniwati, ketua MGMP Bahasa Jawa SMP/ MTs Kabupaten Bojonegoro saat ditemui oleh BBC, sebutan BeritaBojonegoro.com, seusai acara, kegiatan ini sebenarnya adalah agenda Balai Bahasa Jawa Timur yang ditempatkan di daerah-daerah dan bekerja sama dengan PSJB. "Tujuan dari acara ini adalah memberikan motivasi kepada para guru untuk menulis dan memberikan pengalaman kepada guru tentang sastra. Agar bahasa Jawa terus ditulis," terang Kuniati.
Hadir sebagai pembedah buku adalah Yonathan Rahardjo, Yusuf Susilo Hartono, dan Anas Abdul Ghofur. Hadir juga dari Balai Bahasa Jawa Timur, Mashuri, penulis novel Hubbu yang menang sayembara Dewan Kesenian Jakarta 2006 lalu.
Kuniwati juga menambahkan harapannya agar dijadwalkan satu hari untuk berbahasa Jawa bagi lembaga pendidikan atau sekolah-sekolah di Bojonegoro. "Semoga bisa diusulkan ke MKKS melalui Pembina MGMP, baru ke Dinas Pendidikan," kata dia.(ver/moha)