Coretan di Tembok Tidak Selalu Nyeni
Jumat, 25 Desember 2015 21:00 WIBOleh Piping Dian Permadi
Oleh Piping Dian Permadi
Kota – Tidak semua coretan di tembok di fasilitas umum itu bernilai seni. Terlebih kalau coretan itu tidak beraturan dan terkesan ngawur.
Coret-coretan di tembok yang punya nilai seni itu disebut grafiti atau mural. Kalau grafiti biasanya dengan menggunakan cat semprot, sementara mural lebih bebas. Keduanya sama-sama menjadikan tembok sebagai tempat atau sasaran gambarnya. Namun coret-coretan tersebut tidak asal-asalan. Yang mengerjakan adalah tangan-tangan kreatif para seniman.
Kalau tidak demikian, ada kesan itu bukan lagi karya seni, bahkan malah berkesan mengotori dan merusak keindahan atau keaslian. Tembok yang lebih indah bersih tanpa noda menjadi belepotan cat dan bunyi tulisan yang tidak semestinya. Sebagaimana yang nampak dari pantauan BeritaBojonegoro.com (BBC) di tembok fasilitas olahraga di area Stadion Letjen H. Soedriman siang hari ini, Jum’at (25/12). Coret-coretan kurang nyeni menghiasi tembok fasilitas olahraga di area stadion tersebut.
Sebagian coretan tersebut berisi kata - kata kotor dan tidak pantas, bahkan ada juga kalimat -kalimat berisi umpatan kepada kelompok atau komunitas tertentu.
Padahal fasilitas olahraga yang biasa digunakan oleh komunitas Skate Board & sepeda BMX tersebut terbilang masih baru, belum ada 1 tahun. Namun hampir setiap sisi temboknya sudah penuh dengan coretan.
Salah satu pengguna fasilitas olahraga itu, Feri (14), mengaku terganggu. Dia yang setiap hari datang ke tempat itu, mengaku bahwa coretan itu bukan lagi indah, tetapi kotor.
“Ya, sedikit kurang enak juga Mas. Ada tulisan yang kurang pantas juga,” katanya saat dimintai komentar BBC.
Anggota Komunitas Skate Board dan Sepeda BMX tersebut melanjutkan dirinya tidak tahu menahu siapa pelaku aksi tidak pantas tersebut. Bagi dia, aksi tersebut entah siapa pelakunya, bukan perbuatan yang bertangungjawab.
Bukan hanya Feri, siapapun yang melihatnya bisa menilai sendiri apakah coretan tersebut bisa dibilang seni atau bukan. (*)