Gusdurian Bojonegoro-Tuban
Mempelajari Warisan Gus Dur, Gusdurian Menggelar KPG
Minggu, 28 Februari 2016 09:00 WIBOleh M. Nur Khozin
Oleh M. Nur Khozin
Tuban-Presiden keempat Republik Indonesia, almarhum KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, terus diingat dan dipelajari, baik sosok maupun warisan pemikirannya. Seperti Gus Durian Bojonegoro-Tuban yang kemarin, Sabtu (27/02) menggelar Kelas Pemikiran Gus Dur (KPG) di Pondok Bahasa Seribu Dua Desa Gunganyar, Kecamatan Soko, Tuban. Acara dihelat selama dua hari, berakhir hari ini, Minggu (28/02).
Dalam sambutan saat pembukaan acara, koordinator Jaringan Gusdurian Bojonegoro M. Hasan Bisri memaparkan sekilas tentang Gus Durian. Kata Bisri, Gus Durian merupakan kumpulan para pecinta Gus Dur, tokoh yang luar biasa di Indonesia dan punya kontribusi besar terhadap bangsa. Meskipun Gus Dur sudah tiada, tetap dicintai oleh masyarakat.
“Tetapi kami bukan hendak menyatakan bahwa kami paling mengerti atau paling berhak memiliki Gus Dur. Bukan begitu. Melainkan kami ingin terus belajar tentang pemikiran-pemikiran Gus Dur yang diwarisnya kepada kita semua. Sebab Gus Dur itu sepintas lalu nyleneh atau kontroversial, tetapi kalau didalami ternyata punya maksud baik. Maka dari itu perlu banyak belajar,” begitu Kata Bisri.
Datang dalam KPG ini adalah Alissa Wahid, Seknas Gus Durian. Alissa ini adalah putri sulung mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid itu. Dalam pemaparannya tentang biografi Gus Dur, Alissa bercerita tantang bagaimana Gus Dur bisa menjadi seperti yang sekarang dilihat oleh masyarakat luas.
“Sekarang itu Gus Dur terkenal dengan pemikirannya begini dan begitu. Tetapi kita jarang tahu bagaimana Gus Dur bisa menjadi seperti itu. Ini penting. Seperti misalnya, mengapa Gus Dur begitu bisa bersikap sangat toleran, itu panjang prosesnya,” kata Alissa.
Alissa mengisahkan bagaimana Gus Dur saat muda yang nantinya ini berpengaruh besar pada sosok dan perilaku Gus Dur selanjutnya. Sebagai cucu pendiri ormas besar seperti NU, Gus Dur oleh kakeknya KH Bisri Syansuri saat belajar di sebuah SMP Yogyakarta, dititipkan di Desa Kauman. “Kita tahu bahwa Kauman adalah jantungnya Muhammadiyah. Itulah salah satunya yang membentuk perilaku Gus Dur di masa yang akan datang,” terang Alissa memberi ilustrasi tentang perbedaan yang harusnya disikapi dengan damai dan penuh toleran.
Karena itu, dibutuhkan proses belajar agar orang yang mengaku mencintai Gus Dur itu tidak salah dalam memahami, tidak hanya ikut arus, tetapi benar-benar memahami.
Kelas Pemikiran Gus Dur ini merupakan gabungan antara Gus Durian Bojonegoro dan Tuban. Sebanyak 40 peserta kelas nampak asyik mengikuti. Tidak hanya dari Bojonegoro dan Tuban saja, melainkan dari luar kota seperti Gresik, Pemalang dan Surabaya.(zin/moha)