Tausiyah
Dialog Seorang Pemulung dan Sang Ustadz
Minggu, 23 Agustus 2015 08:00 WIBOleh Ustadz Rolly Abdurochman
Oleh Ustadz Rolly Abdurochman
Dalam sebuah kisah, ada seorang pemulung berdialog dengan seorang ustadz.
"Ustadz, kenapa ya, Ustadz, hidup saya begini-begini saja. Saya merasa bosan dengan hidup yang susah dan tidak menentu ini! Terus hambar, ragu, sering kecewa, selalu gundah gulana, tak ada arah yang jelas dan tak ada nikmat yang bisa saya nikmati dengan nikmat. Wah, bosan saya! Susah tidur, cari teman baik juga repot. Ustadz, ... saya ingin bahagia. Tapi kenapa susah sekali ya ?"
Ustadz pun menjawab : "Oohh..., mungkin saat ini Allah juga lagi bosan dengan sikap Tuan."
“Apa, Ustadz? Allah bosan dengan saya ? Maksudnya bagaimana, Ustadz?" tanya si pemulung kembali. “Saya serius, Ustadz. Saya ingin menemukan kembali perasaan senang dan bahagia seperti di masa kecilku. Mungkinkah suasana itu saya temukan kembali Ustadz...?
Ustad menjelaskan : “ Tuan, sadarlah, Tuan. Mungkin Allah sedang memberikan pelajaran buat Tuan. Karena Allah agak sedikit murka karena sikap Tuan selama ini. Allah sudah perintahkan kepada semua hamba-Nya agar selalu berjalan di jalan yang lurus menuju haribaan-Nya. Tapi sayang Tuan sudah mulai mengabaikanya.”
Allahpun capek mencari Tuan. Ngapaian saja seharian selama ini waktu Tuan dimanfaatkan untuk apa? Hanya cari duit..., cari simpati atau berebut kekuasaan atau memburu wanita-wanita cantik yang belum pasti akan membawa kebaikan Tuan? Karena Tuan tak pernah lagi ditemukan Allah, saat dicari di antara kumpulan Dhuha, tuan tidak ada. Dicari di antara kumpulan Tahajjud juga tidak ada di situ.
Dicari di antara kumpulan orang yang berPuasa Sunah, tuanpun juga tak ada. Dicari di antara kumpulan ahli sedekah, tuan juga tidak kelihatan. Dicari di antara kumpulan Tadarus Qur'an, tuan juga tidak pernah muncul di sana. Dicari di antara kumpulan orang-orang yang berangkat Umroh, niat pun tuan belum pernah ada.
Dicari di antara orang-orang yang bersedekah, tuanpun tidak ada krenteg untuk berbagi dengan orang yang membutuhkan. Dicari dalam kumpulan orang Khusyuk Shalatnya, Tuan juga tidak ada. Dicari di antara Ahli Shalawat pun tak ada wajah tuan berseliweran di sana.
Pada saat dicari di antara orang yang menuntut ilmu, apa lagi...! Tuan malah tidak tertarik sama sekali untuk hadir di majlis ilmu. Bahkan Tuan malah berkomentar "ngaji-pengajian ora oleh opo-opo, ngaji tidak memberikan kekayaan dan tidak mencukui kebutuhan. Tuhan-pun tetap mencari Tuan dalam barisan perang fii-sabillah, di sanapun tidak ada tapak kaki Tuan yang ikut berbaris menghadang Yahudi dan kemungkaran Atheis ataupun Komunis.
Lalu Allah SWT. mau mencari Tuan di mana lagi...? Coba Tuan beritahu! Ayo, bicaralah, jangan diam! Jangan ndomblong!”
Lalu menangislah si pemulung tadi. Sambil mengusap airmatanya, dia ber-Istighfar dengan terbata-bata. "Astaghfirulllah!”
Segeralah kembali kepada Allah! Dekatilah Allah. Hanya Allah-lah yang bisa menenteramkan hati orang yang masih hidup di alam fana ini.
Tuan, sadarilah... jangan hanya menangis dan meneteskan airmata! Tapi mulai sekarang, beri nasehat, sadarkan dirimu, berkomitmenlah untuk menghentikan segala ego, nafsu, syahwat dan selera liarmu. Hentikan kemokonganmu. Selaraskan keinginanmu dengan segala ketentuan Tuhan-Mu. Masih ada waktu dan kesempatan untuk segera memulainya.
Tuan, segera bangkitlah! Mulailah sekarang menjadi orang yang taat, legowo menjalani hidup dan terus memperbaiki diri. Ikhlaskan seluruh hidupmu untuk menggapai Ridlo-Nya. Berniat dan berjuanglah untuk mewujudkannya. Dirimu yang menentukannya untuk berubah lebih baik atau berubah lebih buruk lagi dari sekarang.
Selamat berjuang! Berkorbanlah, semoga Allah membimbingmu dengan hidayah-Nya. Menolongmu dengan maunah-Nya. Amin Ya Rabbal'alaamiin...(RaR)
19-08-2015