Suwito Utomo, Pemuda Desa Begadon, Kecamatan Gayam
Rogoh Kocek Sendiri Untuk Pemberdayaan Pemuda
Rabu, 13 April 2016 10:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Gayam - Kesadaran untuk membangun pemuda tidak dimiliki oleh semua orang. Termasuk membuat beberapa terobosan agar pemuda di satu lingkungan bisa lebih berdaya. Rata-rata orang akan terlarut dengan kesibukannya untuk mengejar tujuannya. Sebab itu sosok Suwito Utomo (28), atau akrab disapa Ucup, dengan langkah-langkah yang dibuatnya untuk pemberdayaan pemuda di sekitarnya patut diperhatikan.
Pemuda asal Desa Begadon, Kecamatan Gayam, itu merogoh kocek pribadinya untuk menyewa sebuah lahan seluas kira-kira 1.500 meter persegi. Lahan tersebut ditanami cabai, terong dan bayam rambat. Diharap tanaman-tanaman tersebut dapat dijual dan bernilai profit. Dan dari proses tanam hingga pemasaran dapat melibatkan pemuda setempat.
“Rencananya nanti hasilnya buat para pemuda. Nah skemanya kita atur lewat organisasi karang taruna yang ada di sini,” kata Ucup di sela membersihkan rumput di kebun cabainya.
Ucup menambahkan dirinya merasa prihatin melihat para pemuda di sekitarnya. Proyek Migas Lapangan Banyuurip, Kecamatan Gayam, telah memasuki masa produksi. Sebelumnya, lanjut Ucup, rata-rata pemuda di desanya bekerja untuk membangun Enginering Procurement and Contsruction (EPC) proyek Banyuurip. Sebab itu ketika pembangunan fasilitas produksi ini usai banyak pemuda yang gelisah.
Pantauan beritabojonegoro.com (BBC) tanaman cabai dan terong yang ditanam Ucup belum memasuki masa panen. Tingginya masih sekitar 45 sentimeter. Beberapa pohon terong tampak sudah berbuah. Meski masih kecil, namun buah tersebut tampak segar. Sedangkan untuk tanaman cabainya baru keluar bunga yang berwarna kuning muda.
“Kita menanam ini baru sekitar dua bulan, sebentar lagi kita sudah bisa panen. Sayangnya antusias temen-temen di bidang ini kurang,” imbuh Ucup.
Menurut Ucup rata-rata para pemuda sudah terbiasa kerja di proyek. Jadi hal-hal seperti yang dilakukannya kurang mendapat perhatian. Buktinya selama proses penanaman di kebun cabenya, tidak ada yang mau terlibat. Hanya saja langkah ini, bercocok tanam, harus mulai ditanamkan pada para pemuda. Bagi dia yang penting adalah memulainya terlebih dahulu.
Dana yang didapat Ucup untuk menyewa tanah tersebut berasal dari usahanya sendiri. Setiap harinya Ucup membuka warung kopi, konter pulsa dan budidaya jamur tiram. Di warung kopi miliknya itulah para pemuda setempat berkumpul. Dan di waktu-waktu ngopi itulah keresahan-keresahan mereka terlontar. (rul/kik)