Umu Hani, Bidang Pendampingan Advokasi Pusat Pelayanan Perempuan dan Anak (P3A) Bojonegoro
Dari Satu Anak yang Didampingi, Belajar Seribu Ilmu
Sabtu, 29 Agustus 2015 16:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Kota - Butuh mental yang kuat ketika mendampingi perempuan atau anak yang terjerat perkara hukum. Apalagi ketika berhadapan dengan kasus sensitif seperti kekerasan, pelecehan dan
perkosaan. Tidak banyak orang yang dapat melakukan peran tersebut. Butuh kiat khusus untuk menyikapi polemic yang kerap kali muncul setelahnya.
Hal ini diungkapkan oleh Umu Hani, Bidang Pendampingan Advokasi Pusat Pelayanan Perempuan dan Anak (P3A) Bojonegoro. Sejak Tahun 2003 ia aktif mendampingi perempuan dan anak yang tertimpa aksi kekerasan dan terbelit kasus hukum.
"Kita hanya melaksanakan tugas, dan semoga dapat menebar manfaat seluas-luasnya," kata Ibu dari empat anak tersebut.
Pada beritabojonegoro.com (BBC), dia bercerita mengenai pengalaman mendampingi korban tindak kekerasan, baik fisik maupun seksual. Baginya pengalaman selama mengawal kasus sangat berpengaruh dalam kehidupan pribadinya. Mengingat dirinya juga seorang ibu dan Istri bagi suami tercinta, Nur Hamid, Penilik Kemenag Bojonegoro untuk Kecamatan Sumberejo.
"Dari satu anak yang didampingi, saya dapat belajar seribu ilmu dari mereka. Bayangkan, pada usia sangat muda mereka sudah menanggung persoalan berat seperti pelecehan. Saya sering terenyuh sendiri jika mengingat para korban," ujarnya sembari tercenung.
Perempuan kelahiran 14 Juli 1970 tersebut mengaku pernah juga mengalami titik jenuh. Perasaannya sering terbawa kala merasa keadilan terhadap korban kekerasan tak dapat ditegakkan. Beberapa kali dia menjumpai payung hukum, yang menurutnya, kurang berpihak pada korban. Jika sudah demikian peran suami sangat membantu untuk memberi dorongan agar bangkit kembali.
Bu Umu, panggilan akrabnya, sehari-hari juga menjalani tugas sebagai ketua IGRA Kabupaten Bojonegoro. Selain itu ia juga berkecimpung pada organisasi fatayat Kecamatan Balen. "Kalo panggilan jiwa memang di pendidikan. Makanya untuk saat ini saya aktif mengelola yayasan ini bersama bapak. Sedang untuk lingkup sosial saya bergerak di P3A itu," tuturnya.
Sebab itu basik pendidikan sudah ditempanya di PGA, sementara untuk mempunyai pemahaman yang komprehensif ia mengambil jurusan hukum saat menempuh magister di Universitas Sunan Giri Surabaya. Ditemui di lembaga pendidikan yang dikelolanya dia mengatakan sangat berharap dapat memberikan sumbangsih pada masyarakat dengan yayasan pendidikan yang dikelolanya.
"Prinsip saya khoirunnas anfa'uhum linnas. Sebanyak mungkin kita bisa memberi manfaat untuk sesama," sambungnya sambil membenarkan nama mejanya, yang terbuat dari pelepah pisang. (rul/kik)