Peduli Pendidikan Karakter, PMII IKIP PGRI Bojonegoro Gelar Seminar Pendidikan
Jumat, 23 September 2016 08:00 WIBOleh Linda Estiyanti
Oleh Linda Estiyanti
Bojonegoro Kota - Eksistensi Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus (OMEK) dapat ditunjukkan melalui kepedulian terhadap kemajuan pendidikan. Kelompok mahasiswa yang tergabung dalam kepengurusan Rayon Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Averrous dan Aviciena di IKIP PGRI Bojonegoro menggelar seminar pendidikan, Kamis (22/09). Seminar tersebut diikuti oleh ratusan mahasiswa asal berbagai kampus di Bojonegoro.
Seminar dengan mengusung tema Tanggung Jawab Mahasiswa dalam Membangun Pendidikan Karakter tersebut digelar guna menyambut kedatangan mahasiswa baru. Tujuannya adalah untuk mengajak dan memberikan refleksi pemikiran kepada para mahasiswa agar menjadi mahasiswa yang peduli terhadap berbagai keadaan sosial, khususnya pendidikan.
"Seminar ini adalah bentuk penyambutan kami kepada mahasiswa baru. Dimana menjadi mahasiswa memiliki tiga peran, agen of change, innovation dan social control. Sehingga dari sanalah kami mengajak mahasiswa untuk selalu mengisi amunisi pengetahuan mereka, salah satunya melalui forum seperti ini," ujar Abdullah Hambali, Ketua Panitia Seminar.
Dalam acara seminar yang dilaksanakan di auditorium IKIP PGRI Bojonegoro tersebut, acara dibuka langsung oleh Rektor IKIP PGRI Bojonegoro dan diikuti oleh kurang lebih 150 mahasiswa dari berbagai kampus di Bojonegoro, diantaranya IAI Sunan Giri, Universitas Bojonegoro, Universitas Terbuka, STIE Cendekia Bojonegoro, Universitas Sunan Giri dan STAI At-Tanwir Talun. Hadir sebagai narasumber seminar adalah Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Bojonegoro (Aspertib) Hasan Bisri, Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Bojonegoro Sri Minarti dan DPRD Kabupaten Bojonegoro yang diwakili oleh Komisi C, Anam Warsito.
Dalam pemaparan narasumber, Ketua Aspertib Hasan Bisri menyebutkan bahwa mahasiswa mempunyai peran yang besar untuk menciptakan iklim yang baik di dunia pendidikan. Menurutnya, mahasiswa adalah karakter yang tidak mempunyai rasa takut, disini mahasiswa bertanggung jawab untuk membangun karakter yang baik guna terwujudnya pendidikan karakter. "Diharapkan karakteristik mahasiswa keluaran kampus di Bojonegoro bisa memegang eksistensi di Bojonegoro sendiri. Oleh karenanya kami berharap kualitas pendidikan di Bojonegoro adalah bagaimana putra-putri Bojonegoro tidak lagi harus keluar untuk mendapatkan pendidikan," ungkap Hasan.
Ia mengatakan bahwa pihaknya telah berupaya untuk memberikan usulan-usulan yang dapat mensuport terwujudnya mahasiswa yang berkarakter. Diantaranya melalui pemberian beasiswa bagi mahasiswa yang menempuh pendidikan di bangku kuliah. "Semisal dengan Pemkab bersedia memberikan beasiswa dengan kuota yang memadai agar anak-anak kita memilih kuliah di Bojonegoro ketimbang di luar. Tentunya hal tersebut secara signifikan akan memberikan dampak yang bagus untuk pendidikan kita," ujarnya.
Senada dengan itu, Anam Warsito, Wakil Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Bojonegoro, menjelaskan bahwa dalam bidang pendidikan, Bojonegoro masih mempunyai banyak permasalahan. Dimana Bojonegoro adalah Kabupaten kaya nomer 9 se-Jawa Timur, namun urutan kemiskinan berada pada peringkat ke 4 adalah hal yang miris.
"Masalah pendidikan yang memprihatinkan, praktek jual beli bangku masih ada. Sistem pendidikan masih memprihatinkan karena masih ada kampus dengan jalur khusus atau jalur bayar saya katakan," ujar Anam Warsito.
Anam menjelaskan, DPRD sudah berjuang berupaya memberikan usulan-usulan namun bagaiaman pun persepsi banyak orang berbeda. Oleh karenanya kami juga membutuhkan kehadiran mahasiswa yang peduli. Untuk mendorong dan membantu pembangunan pendidikan di Bojonegoro.
"Kami masih butuh support dari mahasiswa untuk mendorong kebijakan pemkab peduli dengan pendidikan," kata Anam Warsito.
Sementara itu, ditemui usai acara, Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Bojonegoro Sri Minarti mengungkapkan bahwa mahasiswa agen of change character, disini mahasiswa seharusnya mempunyai bekal untuk membangun karakter yang baik. Apalagi mahasiswa yang memang berdiri pada bidang pendidikan. Mereka harus berkarakter dahulu untuk membangun karakter.
"Ya melalui program ini, seminar ini adalah proses mahasiswa menjadi berkarakter. Mereka yang menyelenggarakan program ini adalah segelintir orang yang peduli dan mempunyai karakter. Dewan Pendidikan sangat mendukung," ungkap Sri Minarti, Ketua Dewan Pendidikan.
Ia mengungkapkan bahwa menjadi berkarakter, adalah bagaimana mahasiswa mempunyai mental yang bersumber dari keilmuan dan keimanan. Mahasiswa harus selalu berbuat untuk menciptakan iklim pendidikan yang baik. "Kalau mahasiswa kita, apalagi di kampus guru seperti ini tidak mempunyai kemauan untuk peduli pada kemampuan yang jelas dan berbuat untuk kemajuan pendidikan, saya kira percuma saja tidak ada bedanya dengan yang bukan mahasiswa," pungkasnya. (lyn/kik)