Bojonegoro Institute : Manajemen Tripatra Tidak Mampu Berkomunikasi Dengan Karyawan
Selasa, 04 Agustus 2015 07:00 WIBOleh Mujamil E. Wahyudi
Oleh : Mujamil
(Kota) – Terkait amuk masa yang terjadi di Enginering, Procurement and Construction (EPC) 1 Banyuurip Blok Cepu, Bojonegoro, Jawa Timur yang merusak sebagian fasilitas pabrik sampai merusak beberapa mobil ini dapat berdampak kepada produksi Migas Bojonegoro. Sementara, kasus ini masih ditangani oleh jajaran Polres.
Menurut Direktur Bojonegoro Institute, Aw Syaiful Huda, pihak managemen perusahaan tidak mampu mengkomunikasikan kebijakan dengan baik, terlalu menekan. Padahal pasca berakhirnya proyek EPC ini tentu memberikan tekanan psikologis pada karyawan. Terlebih yang tidak tahu, setelah mereka kehilangan pekerjaan mau apa.
“Perusahaan perlu memakai cara-cara dialog yang lebih humanis terhadap karyawan dan masyarakat sekitar. Pihaknya berharap Perusahaan sering dialog dengan masyarakat, bukan menutup diri dengan masyarakat,” ujarnya.
Para pemangku kebijakan, Pemerintah Daerah (Pemda) Bojonegoro dan Perusahaan, harus punya perencanaan dan strategi yang matang pasca selesainya proyek EPC inj, terkait dengan banyaknya karyawan yang kehilangan pekerjaan.
Aw Syaiful Huda, mengatakan jangan sampai peristiwa kisruh kemarin mengganggu target produksi puncak, yang diwajibkan Oktober 2015, hal ini mengingat situasi produksi minyak Nasional yang lagi lesu. Sedangkan Blok Cepu diandalkan dapat menyumbang 20 % produksi minyak dalam Negeri.
“Pemerintah harus menumbuhkan peluang-peluang usaha dan mengembangkan sector industri kreatif, mikro dan lain-lain,” imbuhnya.