Belajar Mencintai Hewan-Hewan kepada Solikin Ular
Selasa, 20 Juni 2017 11:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Untuk mencari lokasi rumahnya, tidak begitu sulit. Di jalan raya Bojonegoro–Padangan, saya masuk Desa Pungpungan Kecamatan Kalitidu, dan mulai menyebutkan nama Solikin Ular pada seorang di tepi jalan. Anda bisa bertanya pada siapa saja, asal menyebut nama Solikin disusul kata ular, orang akan langsung mengarahkan Anda menuju rumah paling pojok di sebuah gang buntu. Rumah Solikin yang langsung berbatasan dengan sawah dan berada di bawah rerimbunan pohon bambu, membuat suasana menjadi sejuk.
Meski sejuk, jangan Anda mengira akan merasa nyaman kalau belum terbiasa. Sebab, di beranda rumahnya berderat puluhan kotak kayu yang tertutup rapat dengan beberapa lubang udara. Anda jangan coba-coba membukanya tanpa sepengetahuan atau izin pemiliknya, sebab bahaya mengancam.
Ya, kotak-kotak itu bukan berisi mainan, melainkan hewan berbahaya. Yaitu hewan yang seringkali dibunuh orang ketika mereka pergoki. Hewan yang juga ditakuti banyak orang karena bisanya, tak lain adalah ular.
Namun saat menerima kehadiran beritabojonegoro.com (BBC), Solikin sangat terlihat begitu tenang ketika memegang salah satu koleksinya, ular boa. Dia tidak segan mengalungkan tubuh hewan melata itu di lehernya. Dan dia akan mengatakan bahwa hewan ini tidak berbahaya dan boleh dipegang.
"Koleksi saya ada piton, boa, kobra, ada juga king kobra," kata Solikin itu dengan bangga.
Menurutnya, ketika sudah mengetahui triknya, maka kita bisa menaklukan hewan mematikan tersebut. Meski demikian, itu tidak mudah. Lihat saja, nampak di lengan bagian bawah Solikin terdapat banyak bekas luka. Dia mengaku bekas luka itu berasal dari gigitan ular–ular miliknya. Bagaimana kalau tergigit?
"Ya, pergi ke rumah sakit," ujarnya tertawa.
Menurut Solikin, ada kebanggaan tersendiri ketika mampu menaklukan hewan reptil berbisa ini. Hobinya memang sangat berbahaya, tetapi dia sudah terlanjur mencintai hewan - hewan tersebut.
Kecintaan terhadap ular itu, memang, kata Solikin, menurun dari ayahnya. Sehingga dia dan keluarganya sudah akrab dengan hewan melata ini. Apa yang bagi kebanyakan orang adalah ancaman, bagi keluarga Solikin tidak berlaku. Mereka menunjukkan sikap sayang kepada ular–ular itu, seperti bagian keluarga.
Untuk makanan para hewan berbisa itu, Solikin memberi mereka ayam setiap satu sampai dua minggu sekali, tergantung ukuran. Tapi yang pasti tidak begitu membutuhkan banyak biaya. Sebab, menurutnya, proses pencernaan ular sangat lambat. Sehingga tidak butuh banyak makan. Bahkan, bila dihitung-hitung, jauh lebih murah memelihara ular dibanding hewan ternak seperti ayam.
"Tetapi kalau king cobra, makanannya adalah ular. King kobra itu kanibal," katanya.
Solikin memiliki king kobra dengan cara membeli dari pengepul. King kobra miliknya juga diperlakukan khusus, misal kandangnya yang terbuat kayu ditutup dengan kain, gembok atau kunci juga dipasang berlapis. Itu tak lain untuk meminimalisir ular bisa kabur.
Selain king kobra, ada juga ular weling. Ular weling ini berwarna hitam dengan selingan warna kekuningan. Katanya ular weling ini berbahaya.
"Bisa ular yang berbahaya adalah bisa ular weling, sebab membuat ngantuk," cerita Solikin.
Solikin berkisah, pernah suatu ketika seorang temannya terkena bisa ular weling. Karena bisa ular itu menimbulkan efek kantuk, dalam perjalanan menuju rumah sakit, dia dibantu teman lain berkali-kali menampar pipi korban yang terkena bisa itu agar tidak tertidur. Sebab bila sudah tidur maka akan pertolongan terlambat.
Selain koleksi ular, ada juga ada juga biawak dan buaya muara. Bahkan buaya muaranya pernah lepas selama kurang lebih seminggu sampai ditemukan oleh tetangganya di dekat kali kecil di depan rumahnya. Sedikit sayang, buaya tersebut kena pukul pada bagian moncongnya, sebab tidak tahu bahwa buaya tersebut peliharaan Solikin. Sehingga bila diamati teliti, memang terdapat luka hitam pada moncong pada hewan dengan panjang sekitar satu meter tersebut.
Solikin tidak sendirian ternyta. Dia dan beberapa orang pecinta hewan–hewan berbahaya membentuk komunitas. Dia juga mengelola sebuah media sosial berbentuk grup di facebook bernama Animal Lover Bojonegoro. Solikin kebetulan adalah ketuanya. Dia dan orang – orang di komunitasnya biasa berkumpul setiap hari Minggu di alun - alun kota.
"Kami ingin mengedukasi masyarakat tentang mencintai dan memperlakukan hewan-hewan. Tidak hanya reptil, ada juga kucing maupun anjing," tukasnya. (ver/moha)