Kepramukaan Sebagai Pelopor Ketrampilan Abad 21
Minggu, 13 Agustus 2017 11:00 WIBOleh Aning Wulandari *)
*Oleh Aning Wulandari
“Kami pramuka Indonesia, manusia Pancasila. Satyaku kudarmakan. Darmaku kubaktikan. Agar jaya Indonesia, Indonesia. Tanah airku, kami jadi pandumu”
KALIMAT-KALIMAT di atas merupakan lirik lagu hymne pramuka, yang selalu dinyanyikan pada setiap kegiatan kepramukaan dan merupakan lagu kebanggaan pramuka. Ada banyak makna yang terkandung dalam lirik lagu hymne pramuka, diantaranya adalah Trisatya sebagai janji kesetiaan pramuka, Dasadarma pramuka atau sepuluh kebajikan sebagai pedoman pramuka dalam bertingkah laku dan jiwa nasionalisme pramuka Indonesia.
Dalam perkembangannya, pelaksanaaan kurikulum 2013 menjadikan pendidikan kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib yang harus dilaksanakan oleh semua jenjang pendidikan, mulai dari SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK. Hal ini menjadi angin segar bagi eksistensi gerakan pramuka di Indonesia, mengingat bahwa pendidikan kepramukaan merupakan bentuk nyata pendidikan karakter pada peserta didik. Apalagi akhir-akhir ini muncul istilah penguatan pendidikan karakter (PPK) dan ketrampilan abad 21 sebagai bagian dari revisi kurikulum 2013. Pendidikan kepramukaan di sekolah atau madrasah menjadi wujud nyata pelaksanaan PPK menuju ketrampilan abad 21.
Kurikulum 2013 revisi 2017 mengharuskan para guru mengintegrasikan penguatan pendidikan karakter (PPK) dalam penyusunan perangkat pembelajaran maupun pelaksanaan pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas. Penguatan pendidikan karakter perlu dilaksanakan oleh semua guru, karena selain diatur oleh undang-undang, PPK merupakan agenda nawacita ke-8, yaitu penguatan revolusi karakter bangsa melalui budi pekerti dan pembangunan karakter peserta didik sebagai bagian dari revolusi mental. PPK mendesak untuk segera dilaksanakan mengingat kondisi terkini, semakin banyak perilaku kekerasan, tindak kriminal, penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba), yang melibatkan orang dewasa maupun anak-anak. Sungguh kondisi yang memerlukan perhatian dari semua pihak, terutama orang tua dan guru, agar para peserta didik terhindar dari segala bentuk penyimpangan perilaku akibat kurangnya penguatan pendidikan karakter pada anak.
Filosofi pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara adalah etika (olah hati), literasi (olah pikir), estetika (olah karsa) dan kinestetik (olah raga). Filosofi ini dijabarkan ke dalam 18 nilai-nilai karakter yang kemudian mengkristal menjadi 5 (lima) karakter utama, yaitu, religius, nasionalisme, gotong royong, mandiri dan integritas. Kelima karakter utama inilah yang harus terintegrasikan dalam proses pembelajaran di sekolah atau madrasah.
Dalam melaksanakan PPK, seorang guru harus mampu mengolah situasi agar siswa memiliki ketrampilan abad 21 yang dikenal dengan istilah 4C, yaitu, critical thinking and problem solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah), communication skills (kemampuan berkomunikasi), creativity and innovation (kreatifitas dan inovasi) dan collaboration (kemampuan bekerja sama).
Bagaimana pendidikan kepramukaan dapat dimaknai sebagai pelopor ketrampilan abad 21?
Sebelum ada pembahasan lanjut, agar tidak terjadi kerancuan istilah, perlu dipahami bersama-sama perbedaan makna dari kata “pramuka”, “kepramukaan” dan “gerakan pramuka”.
Pramuka adalah peserta didik yang mengikuti pendidikan kepramukaan. Kepramukaan adalah proses pendidikan dengan prinsip dasar dan metode kepramukaan. Sedangkan gerakan pramuka adalah organisasi yang mengelola pendidikan kepramukaan agar berjalan sesuai dengan regulasi yang berlaku.
Dalam pendidikan kepramukaan, peserta didik mendapatkan pendidikan dan pelatihan berbasis pengalaman dan permainan yang menggunakan metode kepramukaan dalam upaya penanaman nilai-nilai karakter spiritual, sosial, intelektual, fisik dan mental. Sebagaimana kita ketahui bahwa tahun 2017 usia pramuka Indonesia mencapai 56 tahun. Ini berarti sejak 56 tahun yang lalu gerakan pramuka Indonesia sudah menanamkan ketrampilan abad 21 yang dicetuskan pada tahun 2017 ini.
Pembahasan tentang ketrampilan abad 21 akan diawali dengan ketrampilan Collaborative (kolaboratif). Kolaboratif atau berkelompok merupakan ciri utama dalam pendidikan kepramukaan karena sistem berkelompok merupakan salah satu pilar dalam metode kepramukaan. Gerakan pramuka Indonesia telah mengatur sistem kelompok dalam metode kepramukaan, yaitu, barung untuk siaga, regu untuk penggalang, sangga untuk penegak dan reka untuk pandega.
Dalam setiap kegiatan kepramukaan, seperti LT, jambore, persami, raimuna, peserta selalu dalam bentuk kelompok. Pembina pramuka menempa anggota pramuka dalam kelompok, dengan harapan masing-masing anggota pramuka akan menjadi pribadi yang kuat setelah melalui berbagai perdebatan, perbedaan pendapat dan kerjasama. Dalam kelompok, pramuka membentuk jiwa kepemimpinan, kesetiakawanan, toleransi, empati dan gotong royong. Dengan demikian, ketrampilan abad 21 berupa Collaborative, bahkan sudah dipelopori gerakan pramuka sejak 56 tahun yang lalu.
Communication skills (ketrampilan berkomunikasi) merupakan ketrampilan abad 21 berikutnya. Dalam kepramukaan, ketrampilan komunikasi satu paket dengan kolaborasi/berkelompok. Segala permasalahan, perbedaan pendapat dan penyelesaian masalah, selalu harus dapat diatasi oleh anggota pramuka dengan komunikasi yang efektif. Dengan komunikasi, antar anggota pramuka akan berlatih menyampaikan pendapat atau gagasannya dengan menggunakan bahasa komunikasi yang baik dan benar. Selain itu, dalam mempresentasikan hasil kegiatan atau lomba, pramuka harus mempunyai ketrampilan komunikasi.
Komunikasi dalam pramuka bukan hanya bahasa verbal saja, namun bahasa tubuh, etika dan sopan santun menjadi bagian tak terpisahkan dalam ketrampilan komunikasi. Peserta didik yang aktif dalam pramuka akan mempunyai ketrampilan komunikasi yang lebih baik sehingga mampu berhadapan dengan pihak lain di luar pramuka. Ketampilan komunikasi dalam pramuka yang telah dilaksanakan sejak puluhan tahun silam menunjukkan bahwa kepramukaan merupakan pelopor ketrampilan abad 21.
Ketrampilan abad 21 berikutnya adalah Creativity and Innovation (kreatifitas dan inovasi). Pramuka merupakan pelopor kreatifitas dan inovasi dalam bertahan hidup di alam. Banyak kreatifitas dan inovasi yang dilakukan oleh pramuka. Misalnya, hanya dengan tali dan tongkat, pramuka harus mampu membuat tiang bendera, tandu, jembatan, dan sebagainya. Dalam latihan kepramukaan, berbagai macam tepuk, yel-yel dan permainan atau games diciptakan oleh pramuka.
Berbagai lomba dalam pramuka selalu menghasilkan inovasi sebagai bentuk kreatifitas pramuka. Hal ini menunjukkan bahwa ketrampilan abad 21, creativity and innovation telah dipelopori oleh gerakan pramuka Indonesia.
Berpikir kritis dan penyelesaian masalah (critical thinking and problem solving) merupakan ketrampilan abad 21 yang terakhir. Dalam setiap kegiatan kepramukaan, pramuka selalu dituntut untuk berpikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah, baik secara individu maupun secara berkelompok. Dalam latihan rutin, pramuka juga dituntut untuk berpikir kritis dan mampu mencari alternatif pemecahan masalah terhadap fenomena-fenomena yang sedang terjadi dalam masyarakat.
Wujud nyata berpikir kritis dan menyelsaikan masalah adalah saat kegiatan penjelajahan. Berbagai petunjuk ditulis dengan menggunakan berbagai sandi, seperti sandi rumput, sandi morse dan sebagainya. Anggota pramuka harus berpikir kritis agar dapat menjawab tantangan atau permasalahan yang diberikan pembina pramuka. Dengan demikian, pramuka sudah mempelopori berpikir kritis dan menyelesaikan masalah.
Berdasarkan uraian di atas, sangat jelas bahwa kepramukaan telah mempelopori pelaksanaan ketrampilan abad 21. Jika usia pramuka sudah lebih dari setengah abad, maka ketrampilan abad 21 sebagai salah satu tujuan pembelajaran kurikuum 2013 revisi 2017 bukanlah suatu hal yang sulit dicapai.
Selamat hari pramuka ke-56. Salam pramuka!!! (*/imm)
*) Penulis adalah Pengawas Madrasah Kemenag sekaligus Pegiat Pramuka Bojonegoro