Lebih Dekat dengan Liana Cicha, Cewek Petugas Pemadam Kebakaran di Bojonegoro
Rambut Cepak, Suka Tantangan, Tapi Jangan Dipanggil Mas
Rabu, 18 November 2015 13:00 WIBOleh Ver Astanti
Oleh Ver Astanti
Cepak potongannya. Tapi coba panggil dia “Mas”, dia akan segera meluruskan, “Maaf, saya cewek!”
Pernah pada suatu ketika saat di kamar kos, tabung elpiji di sana meledak. Dengan sigap, dia mengambil kain goni basah dan menutupkannya ke sumber api. Beres!
Gadis tomboy ini bernama Liana Cicha. Sepintas lalu dia nampak seperti laki-laki. Lebih-lebih pekerjaannya saat ini yang pada lumrahnya dipegang oleh laki-laki. Apa itu? Petugas Pemadam Kebakaran. Ya, Cicha, sapaan manisnya, bekerja di Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bojonegoro sebagai pemadam kebakaran. Dialah yang dengan sigap memenuhi panggilan dimana ada bencana kebakaran di Bojonegoro.
Cicha sadar betul, dan mempraktekkan, bahwa perempuan tidak hanya pantas menjadi orang rumahan atau bekerja yang lembut-lembut. Perempuan dalam hal tertentu tidak lebih lemah dan rendah daripada laki-laki.
Perempuan kelahiran Maret 1996 ini mulai terjun sebagai petugas pemadam kebakaran sejak Januari lalu, tahun 2015 ini. Sebelumnya dia menjabat sebagai staff di kantor BPBD Bojonegoro. Ternyata, penampilannya yang tomboy dan perawakannya yang atletis membuatnya ditawari sebagai petugas pemadam kebakaran..
Tanpa pikir panjang, Cicha mengiyakan. Sebab, sejak dulu, dia selalu suka tantangan. Memang, saat latihan pemadaman pertama kalinya, rambut bagian depannya kena api dan terbakar. Bagi kebanyakan perempuan, rambut adalah bagian penting dari wajah seperti sebuah mahkota yang sedikit kena apa-apa, pemiliknya bisa marah. Tapi tidak dengan Cicha. Bahkan, meski ibunya melarang keras, dia tetap kukuh pendirian sebagai pemadam kebakaran.
“Bagi saya ini merupakan tantangan. Dan saya sangat menyukainya. Lama-kelamaan ibupun luluh dengan tekad saya,” katanya dengan nada tanpa ragu.
Penampilannya yang terkesan macho ditambah lagi rambut cepak sekaligus wajah yang cakep, tidak jarang Cicha mendapat perhatian lebih dari masyarakat. Dia sering dimintai foto ketika berada di lapangan.
Bahkan juga tak jarang dia dikira lelaki oleh orang. Namun Cicha yang berkepribadian cuek, tidak ambil pusing ketika orang lain bertanya-tanya apakah dirinya perempuan atau laki-laki. Ketika ada orang lain memanggilnya "Mas", dengan senyum Cicha menjelaskan bahwa dirinya adalah perempuan.
Ada pengalaman menarik seputar rambut cepaknya. Kepribadiannya yang tomboy tidak menjadi masalah bagi orangtuanya. Hanya saja, ibunya melarang keras untuk memotong rambut pendek. Jadilah sampai SMA, rambut Cicha panjang di bawah bahu. Baru ketika akan mendaftar sebagai polwan, dia memotong cepak rambutnya.
"Ketika potong rambut pendek, saya sempat sembunyi-sembunyi dari ibu. Jadi pulang langsung ke kamar dan besok berangkat pagi. Soalnya pasti gak dibolehin potong pendek,” katanya.
Kesehariannya pun Cicha lebih senang memakai baju yang kecowokan. Mulai dari baju sampai sepatunya. Baginya lebih nyaman memakai yang seperti itu, ketimbang pakaian yang nyewek.
Menjadi satu-satunya petugas perempuan pemadam kebakaran, menegaskan, tidak lantas membuat dia mendapat perbedaan perlakuan. Karena itulah, Cicha merasa senang dan nyaman berada di sana.
Putri tunggal dari Wati (37) ini, sekarang masih kuliah di Universitas Bojonegoro (Unigoro). Saat ini Cicha mbajak (pulang pergi) dari rumahnya, Desa Jono, Kecamatan Temayang, sampai kantor BPBD di Jalan Ahmad Yani, Bojonegoro Kota.
Dia tidak punya harapan yang muluk-muluk. “Bisa membahagiakan orangtua dan sukses karir saya,” katanya tegas.(*)