Islam Kalap dan Islam Karib
Jumat, 28 Agustus 2020 09:00 WIBOleh Jevi Setya Pratiwi, S.Pd, editor Muhammad Roqib
Oleh Jevi Setya Pratiwi, S.Pd.
Di bawah gencarnya perkembangan modernitas dan globalisasi saat ini, dalam melintasi momen transformasi global, Islam mengalami klaim kontradiktif. Interpretasi buruk yang muncul baru-baru ini terhadap Islam sangat "mencoreng" dan "menusuk" eksistensi Islam itu sendiri. Tuduhan stigmatis yang muncul kemudian adalah Islam merupakan agama yang identik dengan kekerasan, dikembangkan dengan pedang serta adanya kewajiban jihad dengan bom bunuh diri.
Oleh karena itu, buku ini katakanlah semacam "jihad tandingan" untuk menyelamatkan Islam dari ekstremisme atau radikalisme dan bid'ah kaum puritan. Selayak itu pula, buku ini kiranya mampu menjadi jembatan untuk membukakakan pintu dialog yang lebih terbuka menuju Islam keindonesiaan dan juga kemaslahatan universal.
Masyarakat Indonesia yang memiliki banyak suku, ras, agama-agama dan aliran kepercayaan akan selalu memiliki daya tarik tersendiri. Multikulturalisme dan gaya beragama inklusif adalah ciri khas beragama orang-orang Indonesia. Fenomena ini merupakan kebanggaan buat Indonesia, negara-negara lain harus belajar bertoleransi yang baik dan benar ke negara kita. Tidak ada negara setoleran negara kita, dan tidak ada negara yang masyarakatnya bisa hidup rukun berdampingan meski sangat majemuk.
Buku Islam Kalap dan Islam Karib memuat fenomena berbeda, di samping budaya beragama yang baik diatas, masyarakat Indonesia dihinggapi fenomena beragama yang dapat mencoreng dan menghilangkan eksistensi dan jati diri Islam sendiri, dengan payung kitab suci mereka melaksanakan puritanisme, ekstremisme dan radikalisme yang bias konflik dan
buku ini hadir sebangai langkah “jihad tandingan” untuk menyelamatkan Islam dari ekstremisme, radikalisme dan puritanisme. Mampu menjadi pintu pembuka dialog yang lebih terbuka menuju Islam keindonesiaan dan kemaslahatan universal (Halaman. iv). Penulis buku ini, Said Aqil Siradj menyajikan tiga tema besar yaitu jihad puritan, jihad teroris dan jihad keindonesiaan. Jihad keindonesiaan menjadi solusi dari dua kutub antara beragama kalangan yang mendengungkan pemurnian agama (Islam puritan) dan beragama kalangan terorisme (Islam garis keras).
Gerakan puritan mempunyai ciri-ciri khas yaitu selalu identik dengan sikap intoleran, merasa paling benar dalam beragama dan orang lain yang tidak se-ideologi akan diberikan stempel kafir atau murtad, pengungkungan terhadap eksistensi perempuan, antirasionalisme.
Bukti sejarah mencatat, khalifah keempat sahabat Ali bin Abi Thalib yang wafat pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 Hijriyah, ia wafat di tangan Abdurrahman bin Muljam. Seorang yang taat dalam beragama, selalu melakukan shalat tahajjud, jidatnya hitam, selalu berpuasa dan seorang penghafal Al-Qur’an. Alasannya, dia membunuh sahabat Ali dikarenakan Ali telah menyepakati dan menerima hasil rapat pada saat itu, Ali diberikan stempel kafir oleh Muljam.
Fakta di atas merupakan gerakan puritan paling ekstrim dalam catatan sejarah umat Islam. Eksklusifitas beragama menjadi gaya tersendiri bagi mereka. Gerakan puritanisme menjadi hantu tersendiri buat masyarakat Indonesia, hal ini tidak lain bisa menimbulkan orang-orang yang lebih kejam. Pemahaman yang dangkal akan mampu melahirkan terorisme, puritanisme dan terorisme bisa dikatakan berawal dari pemahaman Islam yang salah kaprah (Halaman. 115).
Keintiman dan persahabatan antar sesama muslim tampak dan terasa nihil, bagaimana mungkin kita bisa menuju keintiman beragama dengan agama non-muslim. Setidaknya, faktor penyebabnya bersumber dari pemahaman agama yang tidak komprehensif, pengimplementasian dari pemahaman yang lepas dari budaya dan kondisi masyarakat yang ada, serta kepentingan politik yang terdapat dalam kelompok puritan tersebut.
Puritanisme dan terorisme harus diobati dengan jihad keindonesiaan. Ciri Islam ala Indonesia yaitu “pribumi” dan pluralistik, baik dalam bentuk ekspresi dan hubungan intim dengan agama-agama lain. Tidak ada bedanya antara Islam dan Indonesia, sejarah Indonesia adalah juga sejarah Islam dan kebudayaan Indonesia juga kebudayaan Islam (Halaman. 153).
Sikap-sikap beragama ala Aswaja seperti tawasuth, i’tidal, tasamuh, tawazun, amar ma’ruf nahi munkar dan istiqamah harus terus dibumikan demi menangkis bahayanya radikalisme agama. Dan dengan mengandalkan Islam keindonesiaan, maka ukhuwah Islamiyah (persaudaraan yang tumbuh atas dasar keagamaan), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan yang tumbuh atas dasar kebangsaan) dan ukhuwah basyaraiyah (persaudaraan yang tumbuh atas dasar kemanusiaan) – ketiganya tidak boleh dipertentangkan karena ketiganya memiliki kesinambungan antar dimensi dan buah dari Islam Rahmatan lil Alamin – dapat terealisasi di Indonesia. Selamat membaca
Judul : Islam Kalap dan Islam Karib
Penulis : Prof Dr KH Said Aqil Siradj MA
Penerbit : Daulat Press
Terbit : Cetakan Pertama, 2014
Tebal : 217 Halaman
Penulis resensi adalah guru bimbel Gugusan Bintang YKIB Kalitidu