Upaya Lestarikan Budaya, Kabupaten Blora Gelar Festival Bambangan Cakil 2020
Rabu, 23 Desember 2020 09:00 WIBOleh Priyo SPd Editor Imam Nurcahyo
Blora - Kabupaten Blora, menggelar Festival Bambangan Cakil 2020. Festival yang digelar di Pendapa Kridha Manggala Desa Pengkoljagong Kecamatan Jati Kabupaten Blora tersebut berlangsung mulai tanggal 20 hingga 30 Desember 2020 mendatang.
Festival Bambangan Cakil digelar dengan tujuan untuk melestarikan seni budaya agar generasi sekarang menyukai dan mengenal kesenian tari peninggalan para leluhur terdahulu.
Selain diikuti peserta dari wilayah Kabupaten Blora, Festival Bambangan Cakil 2020 tersebut juga diikuti peserta dari daerah lain, di antaranya: Bengkel Tari Putra Kusuma dari Rembang, Suradhuhita dari Semarang, Mustika Art dari Surakarta, Komunitas Triloka Budaya dari Surakarta, dan Gendir Penjalin dari Rembang.
Salah satu juri dari Sanggar Tari Sriwedari, Hariyanto, kepada awak media ini Rabu (23/12/2020) mengatakan, Festival Bambangan Cakil 2020 ini, dipastikan tidak hanya sekadar pelaksanaan event yang seringkali dianggap formalitas. Meskipun baru pertama kali, ingin mencari pemenang lomba yang berkualitas.
"Berdasarkan keputusan rapat para juri bersama panitia akan melakukan penilaian lomba berdasarkan lima kriteria. Lima kriteria tersebut mencakup seluruh aspek, mulai dari koreografi, kostum, musikalitas dan sebagainya," kata Hariyanto
Penampilan peserta Festival Bambangan Cakil 2020 di Pendapa Kridha Manggala Desa Pengkoljagong Kecamatan Jati Kabupaten Blora. (foto: priyo/beritabojonegoro)
Hariyanto juga membeberkan, lima kriteria aspek yang dinilai itu adalah Wirasa, Wiraga, Wirama, Wirupa dan kreativitas.
Menurutnya, Wiraga adalah penilaian berdasarkan pada dasar keterampilan gerak tubuh yang mengekspresikan jiwa penari. Adapun Wirama, adalah penilaian pada aspek pola untuk mencapai gerak yang harmonis, meliputi tempo, lenggak lenggok si penari dan semacamnya. Wirasa, tingkatan penghayatan penjwaan, seperti halnya sikap tegas, lembut, gagah yang diekspresikan baik dalam gerakan maupun mimik muka.
"Sedangkan Wirupa adalah aspek keserasian antara penampilan, kostum dan tipa' atau musik pengiring. Untuk Penyajian atau penampilan yang dinilai adalah aspek keutuhan tarian secara menyeluruh," katanya.
Adapun aspek keenam yang menjadi aspek penilaian juri adalah ketepatan waktu. Dalam hal ini juri akan mempertimbangkan apakah peserta yang tampil itu mampu memanfaatkan waktu yang diberikan dalam perlombaan tersebut dengan efektif atau tidak.
Juri yang lain, Warsidi menambahkan Festival Bambangan Cakil 2020 ini bukan hanya sekedar festival kesenian saja, namun menjadi pembuktian bahwa kepedulian seniman di Kabupaten Blora masih ada.
Ia juga mengungkapkan, Festival Bambangan Cakil 2020 ini tidak hanya sebagai tontonan, tapi juga sebagai tuntunan dan tatanan.
"Tujuan digelarnya Festival Bambangan Cakil 2020 untuk melestarikan seni budaya agar generasi sekarang menyukai dan menganal seni budaya peninggalan para leluhur terdahulu," tambah Pak Dul, panggilan akrab Warsidi.
Tari Bambangan Cakil, lanjut Pak Dul, salah satu tarian klasik yang berasal dari Jawa, khususnya Jawa Tengah. Dalam ceritanya, tarian ini mengadopsi salah satu adegan dalam cerita pementasan wayang kulit, Perang Kembang.
Ksatria yang mewakili kebaikan dan raksasa yang mewakili kejahatan, kisah ini memberikan pesan bahwa pihak yang jahat pasti akan dikalahkan oleh pihak yang baik.
"Perang Kembang bercerita tentang pertarungan antara ksatria melawan raksasa. Digambarkan ksatria adalah tokoh protagonis yang bersifat lembut dan lemah lembut. Sedangkan raksasa berperan sebagai antagonis yang kasar dan beringas," tutur Pak Dul.
Sementara salah satunya, dari Bengkel Tari Putra Kusuma Rembang, Dewi Subeki mengaku bangga bisa ikut berpartisipasi dalam Festival Bambangan Cakil 2020.
"Bangga sekali bisa membawakan sekaligus juga untuk memperkenalkan tarian, jadi tugas kita sebagai generasi muda untuk tetap melestarikan budaya," ujarnya. (teg/imm)