Tren Pariwisata Dunia Bergeser, Indonesia Punya Peluang Besar
Senin, 03 November 2025 16:00 WIBOleh Tim Redaksi
Indonesia - Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana mengungkapkan bahwa tren pariwisata global sedang mengalami pergeseran signifikan. Pergeseran ini diproyeksikan membawa peluang besar bagi Indonesia.
Dalam acara Indonesia Tourism Outlook 2026 yang diinisiasi oleh Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Forwaparekraf) di Jakarta, Sabtu (01/11/2025) lalu, Widiyanti mengatakan bahwa perubahan tren pariwisata global dapat dilihat dari beberapa aspek. Pertama, perubahan sumber wisatawan outbound yang kini semakin beragam.
"Negara-negara dari Amerika Selatan, Asia Selatan, dan Timur Tengah termasuk Indonesia diperkirakan akan masuk ke dalam 15 besar pasar outbound dunia pada 2040," kata Widiyanti.
Menurut Widiyanti, kondisi ini menegaskan pentingnya menyesuaikan penawaran pariwisata Indonesia agar tetap relevan dan menarik bagi segmen wisatawan baru. Salah satu bentuknya adalah pengembangan pariwisata ramah muslim yang kini semakin diminati wisatawan global.
Pada 2030, total pengeluaran wisatawan Muslim diperkirakan mencapai lebih dari 235 miliar dolar AS. Dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki ekosistem serta fasilitas yang mendukung kebutuhan wisatawan muslim.
"Hal ini memberikan Indonesia keunggulan kompetitif untuk memperkuat posisinya sebagai destinasi ramah Muslim di tingkat global," kata Widiyanti.
Generasi Z dan milenial kini menjadi motor baru pertumbuhan pariwisata dunia dengan minat berwisata yang tinggi. Oleh karena itu, pariwisata Indonesia perlu menghadirkan pengalaman yang sesuai dengan preferensi generasi ini.
Generasi muda cenderung mencari inspirasi melalui media sosial, kreator perjalanan, dan generative AI. Mereka juga mengutamakan pengalaman yang bermakna dan naratif.
Destinasi yang sebelumnya bukan top of mind atau hanya menjadi detour destination kini semakin diminati wisatawan. Di kawasan Asia Tenggara, proporsi kunjungan ke destinasi semacam ini diperkirakan meningkat dari 24 persen pada 2023 menjadi 30 persen pada 2030.
"Ini membuka peluang bagi Indonesia untuk mengemas ulang dan memperkaya produk wisata, dengan menggabungkan destinasi populer dan destinasi niche di sekitarnya untuk menciptakan paket wisata yang lebih autentik," kata Widiyanti. (red/toh)
















.sm.jpg)

























.md.jpg)






