Warga Sekitar Blok Cepu Kesulitan Air Bersih
Jumat, 14 Agustus 2015 06:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Gayam – Warga Dukuh Gledekan, Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam, merasakan dampak kekeringan pada musim kemarau tahun ini. Mereka kesulitan mendapatkan air bersih untuk keperluan air minum, memasak, mencuci dan juga air untuk pakan ternak.
Desa Mojodelik ini merupakan desa penghasil minyak dan gas bumi (migas) Banyu Urip Blok Cepu di Bojonegoro. Desa ini kaya akan minyak mentahnya, tetapi di sisi lain warganya kesulitan mendapatkan air bersih terutama saat musim kemarau.
Setiap hari warga Dukuh Gledekan mengambil air di sumur dekat Kali Mati. Mereka biasanya mengambil air pada pagi dan sore hari. Terkadang, mereka mandi dan mencuci di sumur itu lalu pulangnya membawa air yang ditaruh di timba atau genuk kecil.
Raju, 46, misalnya setiap hari mengambil air di sumur itu. Ia menimba air di sumur itu lalu mencuci dan mandi. Kemudian, ia pulang sambil membawa air di genuk kecil. Ia berjalan sekitar satu kilometer menyusuri pematang sawah dan jalanan kampung.
“Setiap kali memasuki musim kemarau, warga di Dukuh Gledekan ini selalu kesulitan air bersih,” ujarnya pada BBC, sapaan BeritaBojonegoro.com, Jumat (14/08).
Saat musim kemarau, kata dia, sumur gali yang ada di sekitar rumah menyusut dan mengering. Begitu pula air di sungai menyusut. Satu-satunya sumber mata air yang masih ada yakni di sumur dekat Kali Mati tersebut.
Sebenarnya di Dukuh ini sudah ada himpunan penduduk pemakai air minum (Hipam). Akan tetapi, air Hipam yang disalurkan ke warga juga sering mampet dan tidak lancar. Selain itu, bagi sebagian warga juga tidak berlangganan air Hipam itu.
Selain kesulitan air untuk keperluan minum, warga juga kesulitan air untuk pengairan persawahan. Saat ini, sebagian lahan persawahan di Mojodelik ditanami jagung, kacang hijau, dan tembakau. Jagung dan tembakau memerlukan pengairan saat tanaman masih berumur muda.
Sarmin, 56, petani di Desa Mojodelik, mengatakan, setiap hari ia mengambil air dari sumur dekat Kali Mati itu lalu membawanya memakai jeriken. Setelah itu, air itu disiramkan pada tanaman jagung yang masih berumur sebulan itu.
“Setiap hari jagung itu disirami air. Kalau tidak begitu, tanaman jagung tidak bisa tumbuh dengan baik,” ujarnya. (rul/kik)