Cara Warga Bojonegoro Bangun Ekonomi Mandiri Berbekal Dana Desa dan Pendampingan dari ExxonMobil
Minggu, 21 September 2025 16:00 WIBOleh Tim Redaksi
Bojonegoro - Semangat kemandirian tengah tumbuh di 12 desa di Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, yang areanya berada di sekitar wilayah operasi minyak dan gas Blok Cepu.
Warga desa ini bertekad mengoptimalkan Dana Desa (DD) untuk membangun fondasi ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan.
Selama ini, pemanfaatan Dana Desa cenderung dominan pada pembangunan infrastruktur fisik. Namun, kesadaran untuk mengalihkannya ke sektor ekonomi produktif kini semakin meningkat.
Inilah yang menjadi landasan program fasilitasi penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa) yang diprakarsai operator Blok Cepu, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL).
"Kami sangat terbantu dengan adanya pendampingan ini," ujar Kepala Urusan Perencanaan Desa Gayam, Siti Patonah. Minggu (21/09/2025).
Menurutnya, warga dan Pemerintah Desa bisa menyusun program yang lebih terarah dan inovatif. Potensi yang dimiliki desanya antara lain wisata Kali Glonggong, sebuah situs sumber air di ladang migas.
“Angan-angan kami kini memiliki rancangan yang lebih jelas untuk dimasukkan ke dalam RKPDesa," tuturnya.
Suasana penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa) di Kabupaten Bojonegoro yang diprakarsai operator Blok Cepu, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL). (Aset: Istimewa)
Hal senada juga disampaikan Sekretaris Desa Mojodelik, Adi Yusuf. Ia melihat program ini sebagai awal yang baik untuk membangun konektivitas ekonomi antar desa.
Ia mengaku sudah mengukur jarak antar desa yang lumayan dekat. Sehingga ketika satu desa berhasil mengembangkan potensi wisata, desa lainnya bisa ikut terangkat dengan menawarkan produk atau destinasi pelengkap.
“Sinergi ini akan memperkuat ekonomi kawasan," kata Yusuf penuh optimisme.
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Bojonegoro (Unigoro), Mochamad Tofa, menilai langkah ini sebagai sinyal positif. Kata dia, transisi dari fokus infrastruktur ke ekonomi produktif adalah langkah besar.
Kolaborasi antara perusahaan seperti EMCL dan pemerintah desa sangat krusial untuk memastikan bahwa program yang disusun bisa berjalan efektif.
“Pendampingan ini membantu desa berpikir strategis tentang alokasi Dana Desa,” kata Mochamad Tofa.
Sementara itu, Manager Program Lestari Muda Indonesia, Edi Prayitno, meyakini bahwa upaya pendampingan ini akan membuahkan hasil. Ia menegaskan bahwa tugas tim Lestari Muda adalah memberikan pengetahuan dan alat perencanaan yang matang. Menurutnya, tim penyusun RKPDesa di Kecamatan Gayam sangat antusias dan memiliki visi kuat untuk desa mereka.
“Ini adalah modal terbesar untuk mewujudkan kemandirian," ujarnya.
Pihak EMCL, melalui Ali Mahmud, menegaskan komitmen mereka untuk mendukung upaya pemerintah dalam membangun ekonomi masyarakat. Menurut Ali, pembangunan ekonomi produktif berbasis potensi lokal memang harus terus didorong. Ia mengakui, selama ini sering kali upaya tersebut hanya sekadar jargon karena belum ada kajian serius dan komitmen multipihak yang masih lemah.
"Kita bergerak bersama, menguatkan komitmen, dan menegaskan kembali pembangunan berkelanjutan," ucap pria asal Kasiman ini.
Meskipun tantangan modal dan implementasi masih membayangi, semangat kolaborasi yang terjalin antara warga desa, pemerintah desa, dan EMCL menciptakan iklim yang kondusif. Warga Bojonegoro kini melihat potensi besar di depan mata, bukan lagi sekadar bergantung pada proyek migas, melainkan menjadi motor penggerak ekonomi mereka sendiri. (ads/red/imm)
Reporter: Tim Redaksi
Editor: Imam Nurcahyo
Publisher: Imam Nurcahyo