Harga Minyak Dunia Menguat Tipis, Pasar Waspada Data Ekonomi AS dan Risiko Pasokan
Rabu, 24 Desember 2025 14:00 WIBOleh Tim Redaksi
Nasional - Harga minyak mentah dunia kembali menguat pada perdagangan awal pekan ini, di tengah sentimen campuran dari data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang solid dan kekhawatiran gangguan pasokan dari Venezuela serta Rusia.
Mengutip data terkini, kontrak berjangka minyak Brent naik sekitar 0,5 persen menjadi US$62,38 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,64 persen ke level US$58,38 per barel. Kenaikan ini melanjutkan momentum positif dari sesi sebelumnya, di mana harga minyak sempat melonjak lebih dari 2 persen—peningkatan harian terbesar untuk Brent dalam dua bulan terakhir.
Penguatan harga ini didorong oleh revisi data pertumbuhan ekonomi AS kuartal III yang lebih baik dari ekspektasi. Biro Analisis Ekonomi AS melaporkan bahwa produk domestik bruto (PDB) tumbuh lebih cepat, terutama berkat belanja konsumen yang tetap kuat. Hal ini memicu optimisme terhadap permintaan minyak global di masa mendatang.
Namun, tidak semua indikator ekonomi AS menunjukkan gambaran cerah. Kepercayaan konsumen memburuk pada Desember akibat kekhawatiran atas lapangan kerja dan pendapatan, sementara produksi pabrik stagnan di November. Analis senior Price Futures Group, Phil Flynn, mengomentari situasi ini: pasar sedang bimbang antara harapan permintaan yang lebih tinggi dari ekonomi kuat, atau risiko Federal Reserve (The Fed) yang mungkin menahan pertumbuhan untuk mengendalikan inflasi.
Di sisi pasokan, risiko gangguan menjadi faktor pendukung utama. Kebijakan AS di bawah Presiden Donald Trump yang memblokir kapal tanker berbendera sanksi dari Venezuela membuat aktivitas ekspor minyak negara itu melambat drastis. Kapasitas penyimpanan Venezuela semakin menipis, meningkatkan kemungkinan pemotongan produksi. Analis UBS, Giovanni Staunovo, memperingatkan bahwa situasi ini bisa berdampak signifikan jika berlarut-larut.
Sementara itu, konflik Rusia-Ukraina turut menambah ketegangan. Serangan Rusia ke pelabuhan Odesa di Laut Hitam merusak fasilitas dan kapal, diikuti balasan drone Ukraina yang menghantam infrastruktur maritim Rusia, termasuk tanker minyak "armada bayangan" yang menghindari sanksi internasional.
Meski demikian, prospek jangka panjang masih menunjukkan pasokan yang relatif ample. Barclays memperkirakan surplus minyak global akan menyusut menjadi sekitar 700.000 barel per hari pada kuartal IV 2026, tapi pasar tetap memadai di paruh pertama tahun depan. Gangguan berkelanjutan bisa saja mengubah dinamika ini menjadi lebih ketat.
Pelaku pasar kini menantikan data ekonomi AS selanjutnya untuk petunjuk arah kebijakan moneter The Fed, yang bisa memengaruhi permintaan energi global. Di tengah libur Natal, volatilitas harga minyak diperkirakan tetap tinggi akibat faktor geopolitik.(red/toh)

































.md.jpg)






