Sumur Minyak Tua Wonocolo Diusulkan Jadi Objek Wisata
Kamis, 24 Desember 2015 08:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Kota – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengusulkan wilayah pengeboran sumur minyak tua Wonocolo di Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro, menjadi destinasi wisata tambang.
Kepala Devisi Survei Pemboran SKK Migas, Ngatijan mengatakan, potensi kawasan pengeboran sumur minyak tua sebagai wisata alam sangat besar. Mulai dari wilayah geografisnya yang berada di daerah perbukitan dan pengelolaan yang masih dilakukan dengan cara tradisional.
“Melihat kondisi pengeboran sumur tradisional ini sangat unik, tempatnya di atas lahan perbukitan. Sehingga bisa berpotensi menjadi desa wisata andalan,” katanya dalam rapat koordinasi Penanganan Sosial Ekonomi Sumur Tua Wonocolo, Dadangilo, di Kantor PKK Pemkab Bojonegoro.
Menurutnya, untuk mewujudkan usulan kawasan tambang minyak tua sebagai desa wisata itu maka semua pemangku kepentingan harus saling mendukung. Penertiban terhadap penambang liar di sumur minyak tradisional ini bisa dilakukan dengan cara mengangkat potensi lain di daerah setempat. Desa wisata alam ini, lanjut dia, kemungkinan bisa menambah penghasilan para penambang sehingga tidak ada pengeboran sumur baru.
“Kegiatan penambang tetap dilakukan karena menyangkut aspek ekonomi. Tapi harus segera diwujudkan menjadi desa wisata, karena kemungkinan hasil pengembangan wisata ini nanti bisa lebih besar dari hasil pengeboran,” ujarnya.
Permasalahan dalam pengeboran sumur tua ini sangat kompleks mulai sisi ekonomi, lingkungan, sosial budaya dan faktor kepentingan. “Hal itu terbukti dengan munculnya pengeboran sumur baru, muncul dapur penyulingan yang dilakukan sendiri, pencemaran lingkungan dan penjualan sebagian produksi minyak sumur tua secara ilegal,” terangnya.
SKK Migas mengaku sudah melakukan pemetaan wilayah untuk mewujudkan daerah wisata sumur tua ini. Secara umum hal yang perlu diperbaiki di antaranya harus tersedianya sumur percontohan dan Ipal, penghijauan, penambahan keanekaragaman hayati, perbaikan sarana dan prasarana, penyediaan rumah pasaran produk binaan melalui CSR, museum migas dan pusat informasi dan edukasi migas.
“Melakukan edukasi kepada masyarakat untuk mewujudkan desa wisata tersebut,” tegasnya.
Asisten II Bupati Bojonegoro, Setyo Yuliono mengungkapkan, program alternatif yang diusulkan oleh SKK Migas itu sesuai dengan program Pemkab Bojonegoro, dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar). “Pada tahun 2016 ini Disbudpar sudah mulai melakukan pembangunan. Bapak camat sudah melakukan penanaman pohon produktif,” katanya.
Namun yang masih menjadi kendala saat ini diantaranya karena lahan pengeboran. “Yang masih diperlukan yakni legal lahan, karena lahan sumur tua tersebut masuk dalam wilayah beberapa stakeholder,” pungkasnya. (rul/kik)