Warga Berebut Sisa Besi Bongkaran Fasilitas Produksi Awal Blok Cepu
Selasa, 26 April 2016 08:00 WIBOleh Nasruli Chusna
Oleh Nasruli Chusna
Gayam – Warga Desa Begadon dan Ringintunggal, Kecamatan Gayam, mendapatkan berkah dari kegiatan pembongkaran fasilitas produksi awal (early production facility) di kawasan desa setempat. Warga mendapatkan sisa-sisa potongan besi yang kemudian bisa dijual di pedagang rongsokan.
Fasilitas produksi awal (EPF) itu sebelumnya dipakai oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) selaku pengelola lapangan minyak dan gas bumi (migas) Banyu Urip, Blok Cepu, untuk mengolah minyak mentah sebelum dilepas ke pasar. Fasilitas produksi awal itu dibongkar setelah kini fasilitas pengolahan pusat (central processing facility) selesai dibangun dan kini telah dimanfaatkan.
Kegiatan pembongkaran fasilitas produksi awal itu telah berjalan sekitar dua bulan lalu. Pembongkaran kilang dan alat berat itu dilakukan oleh PT Sarana Indo Perkasa (SIP). Luas kawasan fasilitas produksi awal lapangan Banyu Urip Blok Cepu itu sekitar 20 hektare.
Menurut Arsyad Shadiqa, 24, warga Desa Begadon, Kecamatan Gayam, sejak empat hari ini warga Desa Begadon dan Ringintunggal mendapatkan besi sisa-sisa bongkaran fasilitas produksi awal tersebut. Warga yang terdiri bapak, ibu rumah tangga, dan pemuda berebut mendapatkan besi sisa bongkaran tersebut. Potongan besi dari bekas bangunan itu dikumpulkan lalu dijual kepada pedagang rongsokan. Satu kilogram besi itu dihargai sekitar Rp2.300 sampai Rp2.500.
“Satu warga bisa mendapatkan uang sekitar Rp800.000 dari hasil mengumpulkan sisa bongkaran tersebut,” ujarnya, kemarin.
Menurutnya, pihak PT SIP selaku pihak yang membongkar fasilitas produksi awal lapangan migas Banyu Urip itu membagikan besi sisa bongkaran kepada ratusan warga di beberapa titik. Warga yang mendapatkan besi bongkaran itu lalu langsung menjualnya pada pedagang rongsokan.
Sementara itu menurut warga lainnya, Suwito Utomo, 28, pembongkaran fasilitas produksi awal yang berada di dekat perkampungan warga itu dilakukan dengan menggunakan peralatan berat. Proses pembongkaran dan pengangkutan fasilitas produksi awal itu dilakukan siang dan malam.
“Pengangkutan fasilitas produksi seperti kilang dan alat berat dilakukan pada malam hari karena menghindari keramaian,” ujarnya.
Ia menuturkan, fasilitas produksi awal itu berada di lahan beberapa desa di antaranya Desa Gayam, Brabowan, Ringintunggal, dan Begadon, Kecamatan Gayam. Kawasan fasilitas produksi awal itu dibangun sejak 2009. Fasilitas produksi awal itu digunakan mengolah minyak mentah dari lapangan migas Banyu Urip Blok Cepu sebesar 80 ribu barel per hari.
Kini produksi minyak mentah lapangan migas Banyu Urip Blok Cepu mencapai 165-170 ribu barel per hari. Produksi minyak mentah itu diolah di fasilitas pengolahan pusat lalu dialirkan melalui pipa bawah tanah dan pipa bawah laut ke dermaga kapal tangker di pantai Tuban. Selanjutnya, minyak mentah itu dijual ke pasaran. (rul/kik)