Dana Abadi Migas, Tabungan Generasi Mendatang
Sabtu, 09 Juli 2016 10:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Gayam - Sejak tahun 2000, wajah Bojonegoro memang banyak berubah sejak ditemukannya sejumlah cadangan minyak dan gas bumi. Daerah Bojonegoro yang dulu dikenal gersang dan kering, saat musim hujan selalu kebanjiran dan musim kemarau selalu kekeringan, itu perlahan mulai berubah.
Temuan cadangan minyak dan gas bumi melimpah di Bojonegoro. Yakni, cadangan minyak dan gas bumi lapangan Sukowati yang dikelola oleh Joint Operating Body Pertamina-Petrochina East Java (JOB PPEJ), lapangan migas Tiung Biru yang dikelola oleh Pertamina EP Asset IV Field Cepu, lapangan migas Banyu Urip Blok Cepu yang dikelola oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) anak perusahaan ExxonMobil Corporation asal Amerika Serikat, dan terakhir cadangan gas bumi Jambaran Tiung Biru yang dikelola oleh Pertamina EP Cepu. Selain itu, masih ada Blok Nona dan Blok Blora di kawasan selatan Bojonegoro yang kini masih tahap eksplorasi. Namun, sumber daya alam migas suatu saat akan habis.
Menyadari hal itu, sejak 2014 lalu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro getol memperjuangkan pembentukan dana abadi migas. Ada dana dari migas yang disisihkan dan disimpan untuk generasi di Bojonegoro di masa mendatang.
Rumusan naskah akademik dan raperda dana abadi migas itu telah selesai disusun. Saat ini pihak Pemkab Bojonegoro telah menyerahkan rumusan naskah akademik dana abadi migas itu ke DPRD Bojonegoro untuk dibahas bersama.
Menurut Bupati Bojonegoro, Suyoto, dana abadi migas itu diperuntukkan untuk generasi yang akan datang. “Dana abadi migas itu untuk anak cucu kita. Jangan sampai generasi mendatang hanya mendengar kejayaan industri migas di Bojonegoro saat ini. Tetapi, mereka hanya ditinggali puing dan sisa kejayaan belaka,” ujar Suyoto.
Dana abadi migas itu, kata Suyoto, diambilkan dari perolehan dana bagi hasil minyak dan gas bumi dan juga dana dari partisipating interest (PI). Kalau raperda dana abadi migas itu sudah disetujui, maka pada tahun ini dana abadi migas yang berasal dari DBH migas yang disimpan sekitar Rp100 miliar.
“Dana abadi migas itu akan disimpan dalam jangka waktu 30 tahun ke depan dan bisa diperpanjang 20 tahun lagi,” ungkap Kang Yoto, sapaan Suyoto.
Sebelumnya sesuai rencana saat harga minyak dunia di kisaran 100 dolar per barel maka dalam jangka waktu 30 tahun dana abadi migas yang bisa disimpan sebesar Rp24 triliun. Akan tetapi, seiring dengan turunnya harga minyak di kisaran 50 dolar per barel, maka diperkirakan dana abadi migas yang bisa disimpan sekitar Rp15 triliun sampai Rp20 triliun.
Menurut Kang Yoto, dana abadi migas itu nantinya akan disimpan dalam bentuk deposito atau surat berharga. Penyimpanan dana abadi migas itu terpisah dengan rekening kas daerah. Dana abadi migas, kata dia, hanya boleh dipakai untuk peningkatan sumber daya manusia di Bojonegoro yakni bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial budaya.
“Kami sudah konsultasi dengan Kementerian Keuangan. Nantinya dana abadi migas itu disimpan dalam rekening tersendiri, terpisah dengan kas daerah. Acuan penggunaan dana abadi migas itu adalah peraturan daerah,” ujarnya.
Nantinya dana abadi migas itu dikelola oleh lembaga badan layanan umum (BLUD) yang fokus pada bidang peningkatan sumber daya manusia. Seperti halnya Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) di bawah Kementerian Keuangan (Kemenkeu) pemerintah pusat.
“Intinya, pada saat sumber daya alam migas di Bojonegoro sudah habis, kita masih punya simpanan dana untuk membiayai anak-anak di masa mendatang. Minyak dan gas bumi boleh habis, tetapi anak-anak generasi mendatang harus punya sumber daya manusia yang mumpuni. Dengan begitu, mereka kelak akan bisa bersaing dan mandiri,” ujarnya. (her/kik)