Malam Sumpah Pemuda, PMII dan GMNI Gelar Refleksi
Jumat, 28 Oktober 2016 08:00 WIBOleh Linda Estiyanti
Oleh Linda Estiyanti
Bojonegoro Kota - Puluhan pemuda dan pemudi aktivis yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Bojonegoro dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Bojonegoro memantapkan sistem demokrasi melalui peringatan hari Sumpah Pemuda dengan refleksi, Kamis (27/10/2016) malam.
Setelah meneriakkan isi sumpah pemuda di malam sumpah pemuda, para aktivis PMII dan GMNI menggelar acara refleksi kritis atas perjalanan panjang sejarah bangsa. Dalam refleksi yang dilaksanakan di depan gedung Pemerintah Kabupaten Bojonegoro tersebut, para aktivis merenungi makna dan cita-cita yang tersirat dalam tiga bait sumpah pemuda yang lahir 28 Oktober 1928 itu.
Ketua DPC GMNI Bojonegoro, Miftahul Ulum menceritakan bahwa delapan puluh delapan tahun yang lalu, tepatnya 28 Oktober 1928, para pemuda dari berbagai daerah memproklamasikan berdirinya bangsa. Sementara tanggal 17 Agustus 1945 adalah proklamasi berdirinya negara. Bangsa berdiri baru setelah itu negara.
"Inilah makna penting dari arti Sumpah Pemuda yang menjadi landasan bagi berdirinya bangsa dan negara Indonesia," kata Mifta sapaan akrabnya.
Ia menambahkan, keberagaman, kemajemukan, dan perjuangan daerah dan seluruh satuan-satuan suku bangsa di Tanah Air, keberadaan daerah-daerah adalah suatu karunia Tuhan yang didapat melalui perjuangan, tekad yang bulat, semangat yang satu, serta cita-cita bersama seluruh daerah yang terkristalisasi dalam empat pilar penting yakni Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI.
"Bangsa dan republik ini adalah hasil jerih payah perjuangan masyarakat daerah yang saat itu memiliki kesamaan nasib, kesamaan sejarah, dan kesamaan cita-cita untuk hidup bersatu untuk itu kita sebagai pemuda Bojonegoro harus melanjutkan cita cita dari para pemuda terdahulu," tegasnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Ahmad Syahid, Ketua Umum PC PMII Bojonegoro, sumpah pemuda ini merupakan suatu bentuk komitmen untuk bangsa Indonesia di banyak daerah di belahan dunia lain, perbedaan suku, etnis, dan agama merupakan suatu sumber permasalahan yang serius, justru di negeri ini semuanya bersatu dalam keberagaman dan kemajemukan yang saling menghargai dan menghormati atas nama Bhineka Tunggal Eka.
"Mengingat perjuangan para pemuda terdahulu yang telah memperjuangkan bangsa Indonesia, untuk mempersatukan bangsa Indonesia dengan sumpah pemuda, semangat para pemuda itu, hari ini harus tetap mengalir pada sendi-sendi darah kita sebagai spirit pemuda," kata Syahid, sapaan akrabnya.
Sementara itu, ketua KNPI Anam Warsito yang juga hadir di tengah-tengah para aktivis menyampaikan bahwa pemuda selalu menjadi tonggak kemajuan bangsa. Oleh karenanya pemuda harus cerdas dalam memahami negeri ini.
"Negeri ini belum berdaulat atas kekayaan alamnya sendiri apabila seluruhnya masih dikuasai dan dikelola oleh asing. Maka di situlah tugas pemuda menepati sumpahnya, bahwa bangsa ini, tanah, air serta bahasanya harus dijaga dan dikelola sendiri," ungkap Anam.
Dipenghujung acara, Wakil Ketua Karang Taruna Kabupaten Bojonegoro Amrozi yang juga hadir menambahkan bahwa pemuda menjadi simbol revolusi negara Indonesia. Dan sudah menjadi tugas terberat para aktivis untuk mengajak dan menggerakkan para pemuda agar selalu menjaga dan menepati sumpahnya di masa lampau.
"Para aktivis, pemuda dalam dua elemen pergerakan ini, PMII dan GMNI, menjadi penerus penggerak para pemuda di masa lampau seperti Budi Utomo dan seterusnya. Sementara pemuda dalam karang taruna adalah garda terdepan yang harus turut serta mewujudkan cita-cita bersama para penggerak," pungkas Amrozi. (lyn/kik)