Workshop Jurnalisme Data untuk Lingkungan
Keterbukaan Informasi Menuntut Jurnalis Mampu Mengolah Data
Rabu, 23 November 2016 15:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Pekanbaru - Era keterbukaan informasi publik mengharuskan sebuah organisasi atau instansi merilis data lembaganya di situs internet. Data-data yang tersebar ini terbuka dan bisa diakses oleh siapapun tanpa kecuali, terlebih para jurnalis. Bahkan, para jurnalis dituntut lebih untuk bisa mengolah data menjadi sebuah informasi berita.
Hal itu dipaparkan oleh Redaktur Peliputan Tempo Online saat menjadi narasumber dalam Workshop Jurnalisme Data untuk Lingkungan, Minggu (20/11/2016) lalu di Perpustakaan Soeman HS Riau, Pekanbaru. Workshop itu masih rangkaian dari Festival Media Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia.
Wahyu mengatakan, jurnalisme data merupakan cara baru jurnalisme untuk menggali, mengolah dan menyampaikan informasi atau berita dengan berbasis pada akurasi data. Dia menerangkan bahwa data itu begitu penting dalam pembuatan berita serta peletakannya dalam berita. "Misalnya saja sebuah artikel yang menyatakan adanya kebobrokan negara; apa indikatornya? Nah di situlah gunanya data," ujar Wahyu.
Wahyu juga menjelaskan jurnalisme data dapat membantu seorang wartawan untuk membuat perbandingan, mencari anomali, menggabungkan informasi dan menguji hipotesis. "Era digital menghasilkan networked societies dan proses baru jurnalisme," tuturnya.
Masih menurut Wahyu, dulu otoritas infromasi dikuasai oleh jurnalis, namun saat ini tidak demikian. Siapapun bisa membuat berita atau memunculkan informasi. Karena itu, jurnalis diharapkan mampu meningkatkan kemampuannya dalam mencari dan mengolah data, agar berita yang disajikan lebih terpercaya. "Wartawan tidak lagi menjadi keeper. Perubahan harus dimulai dari diri kita sendiri, bagaimana kita memandang pekerjaan sebagai wartawan," tegasnya.
Ada tiga kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang wartawan dalam kerja jurnalisme data. Pertama adalah kemampuan online searching yang baik, sehingga bisa menemukan data valid yang dibutuhkan. Kedua, jurnalis juga harus bisa mengelola spreadshet. Kemampuan ketiga, seorang jurnalis harus bisa mengolah data base.
"Seorang jurnalis sebaiknya mulai menguasai program Microsoft Excel. Bagaimana cara menambahkan, mengurangi data dan kegiatan operasional spreadshet lainnya," tutupnya. (ver/moha)