Peringatan Dini Bencana Perlu Manfaatkan IT
Rabu, 23 November 2016 20:30 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Bojonegoro - Komandan Kodim 0813 Kabupaten Bojonegoro, Letkol Inf Herry Subagyo, mengatakan, penerapan informasi dan teknologi (IT) mesti diaplikasikan dalam manajemen sistem peringatan dini (early warning) Penanggulangan Keadaan Darurat dan Bencana (PKDB) di daerah ini. Sebab, penerapan IT dipastikan mampu menekan kemungkinan timbulnya kerugian fisik dan korban jiwa.
Hal itu dikatakan Letkol Herry saat evaluasi simulasi PKDB Joint Operating Body Pertamina-PetroChina East Java (JOB PPEJ) di Lapangan Desa Ngampel, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Rabu (23/11/2016) siang.
"Peringatan dini perlu disiapkan dengan menerapkan IT di dalamnya," ingatnya. Hal itu penting dilakukan, tambahnya, agar proses evakuasi dan penyelamatan warga dan barang- barang milik warga mampu dilaksanakan secara maksimal, efektif, dan efisien dari sisi waktu saat terjadi bencana dan atau keadaan bahaya akibat kegagalan teknologi maupun bencana alam.
"Dalam konteks ini, kita bisa bekerja sama dengan pihak Kepolisian. Teknologi Polri sudah masuk ke situ," ujarnya.
Hal lain yang ditekankan orang pertama di Kodim Bojonegoro adalah, antarlembaga yang terlibat dalam manajemen PKDB diberi payung memorandum of understanding (MoU) terkait implementasi penanganan bencana, baik bencana alam maupun bencana kegagalan teknologi.
"Sehingga, begitu benar-benar terjadi bencana, langsung bisa bekerja maksimal, aspek koordinasi dan komunikasi antarinstansi yang terlibat di dalamnya tak menemui kendala," ingatnya.
Simulasi PKDB JOB PPEJ melibatkan sekitar 750 petugas dari Kodim, Polres, BPBD, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, PMI, Dinas Perhubungan, PMK, Dinas Kominfo, Kecamatan Kapas, Kades dan warga Desa Ngampel, Desa Campurejo, dan Desa Sambiroto. Simulasi PKDB juga melibatkan sekitar 450 warga dari tiga desa yang berada di kawasan ring I operasi JOB PPEJ: Desa Ngampel, Desa Campurejo, dan Desa Sambiroto.
Field Admin Superintendent (FAS) JOB PPEJ, Akbar Pradima, mengatakan, simulasi PKDB ini merupakan program aksi korporasi dalam menerapkan prinsip kehati-hatian yang dijalankan manajemen JOB PPEJ dalam operasi industri hulu migas.
"Kami sadar bahwa industri hulu migas padat teknologi dan modal. Resikonya juga tak kecil. Makanya, simulasi tanggap darurat ini penting kami lakukan di semua lapangan operasi JOB PPEJ di Bojonegoro dan Tuban," kata Akbar.
Dengan simulasi PKDB ini, ingatnya, jika di kemudian hari terjadi bencana akibat kegagalan teknologi operasi industri hulu migas, warga yang berada di ring I dan sekitarnya serta stakeholder terkait siap melakukan evakuasi dan menyelamatkan harta benda miliknya.
"Bencana akibat kegagalan teknologi sangat tidak kita harapkan terjadi. Namun demikian, kami dan warga sekitar wilayah operasi mesti membekali diri dan paham kondisi tanggap darurat," tambahnya.
Secara faktual, pada simulasi kemarin, digambarkan terjadi kegagalan teknologi dari operasial JOB PPEJ di PAD B. Ketika terdapat peringatan dini terkait adanya bencana itu, ratusan warga kemudian bergegas keluar dari rumahnya dan berkumpul di titik-titk aman yang telah ditentukan.
Ratuasan warga yang tinggal di sekitar lokasi bencana tersebut kemudian dievakuasi dengan mengggunakan sejumlah kendaraan truk ke titik aman yang jauh dari lokasi terjadinya bencana untuk menghindari jatuhnya korban jiwa. Titik evakuasi antara lain di Balai Desa Ngampel, Balai Desa Campurejo, dan lainnya.
Sebelum itu, petugas Infokom menginformasikan dengan pengeras suara kepada warga atas kejadian bencana akibat kegagalan teknologi di lapangan operasi JOB PPEJ.
Selain evakuasi warga, dalam kegiatan PKDB itu juga digambarkan tentang kesiapan petugas dalam menangani para korban serta situasi yang terjadi di sekitar lokasi bencana.
Dalam kesempatan itu, selain adanya kegagalan teknologi industri, juga disimulasikan terjadi ledakan yang mengakibatkan kebakaran satu bangunan. Kebakaran di bangunan tak berselang lama dipadamkan PMK Bojonegoro.
Koordinasi yang baik antarlembaga tersebut membuat bencana dengan cepat bisa teratasi dan keadaan wilayah tersebut kembali normal. "Di Bojonegoro ini ada potensi bencana alam dan bencana akibat kegagalan teknologi. Karena itu, early warning system dengan menerapkan IT mesti harus dipikirkan dan diterapkan," ingat Dandim Bojonegoro, Letkol Herry Subagyo. (her/moha)