Didi Kempot
Pengamen Jalanan Sejak Kelas 3 SMP
Minggu, 20 September 2015 22:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Kota - "Jambu alas Dik kulite ijo, sing digagas wis nduwe bojo. Ada gula ada semut,durung rondo ojo direbut"
Lirik tembang ini kontan saja disambut koor ribuan penonton yang memadati Alun-Alun Kota Bojonegoro, Minggu (20/09) malam. Rupanya penonton sangat akrab dengan tembang ini. Apalagi yang melantunkan adalah penyanyi aslinya, si Didi Kempot.
Terbukti, malam itu penyanyi campur sari kondang asal Solo tersebut mampu menggoyang Kota Bojonegoro. Penampilan pertama dibuka dengan tembang Jawa populer, Sewu Kutho. Ribuan penggemar pun turut bergoyang.
Lalu, siapa sebenarnya Didi Kempot? Penyanyi campur sari kondang asal Surakarta itu.
Penyanyi yang terkenal dengan busana Jawa dan rambut gondrongnya itu terlahir dengan nama asli Didi Prasetyo, pada 31 Desember 1966.
Darah seninya menurun dari ayahnya yang termasuk pelawak terkenal di Solo, yakni almarhum Ranto Edi Gudel atau lebih dikenal Mbah Ranto. Dia juga bersaudara dengan almarhum Mamiek Prakosa, seorang pelawak senior Srimulat.
Sejak remaja, Didi Kempot terkenal sebagai anak bandel, pemberani, dan nekat. Namun, bakat nyanyinya sudah terlihat pada masa-masa itu. Sejak remaja, tepatnya kelas 3 SMP, dia sudah suka ngamen dari pintu ke pintu. Dan ternyata, dari ngamenlah kariernya mulai dirintis.
Yang menarik, gitar pertama yang dia miliki merupakan buah kebandelannya. Ketika kelas 2 SMA, dia menjual sepeda pemberian bapaknya. Hasil jual sepeda dibelikannya gitar seharga Rp 4.000. Berbekal gitar itu lalu dia mengembara sebagai pengamen. Dan, Ibu Kota Jakarta menjadi tujuan utamanya. Saat itu memang Jakarta masih menjadi primadona untuk mewujudkan mimpi.
Ketika kali pertama menginjakkan kaki di tanah Jakarta, Mamik Srimulat, yang juga kakak Kandungnya sudah cukup dikenal sebagai pelawak sukses. Namun, Didi malah memilih tinggal bersama kawan-kawannya, dengan mengontrak sebuah rumah yang mepet dengan kandang kambing.
Saat ngamen, lagu-lagu yang dibawakan adalah ciptaan Didi sendiri. Karena lagu ciptaan Didi didengar menarik, lama kelamaan banyak pengamen jalanan yang sering membawakan lagu-lagu ciptaannya. Dari situ mulai Didi dikenal banyak orang. Sampai suatu ketika kelompok Lenong Bocah mengajak untuk rekaman di TVRI.
Suatu saat Mamik Prakosa, sang kakak, mengajaknya bertemu dengan Pompi, musikus yang mantan anggota No Koes. Mereka bertemu Pompi di studionya di kawasan Depok Lama. Didi pun dites dengan menyanyikan lagu-lagu karangan sendiri. Ternyata lulus. Akhirnya Didi pun diajak rekaman dengan lagu andalan We Cen Yu, singkatan dari Kowe Pancen Ayu. Dari We Cen Yu inilah awal perubahan karier Didi sebagai penyanyi dan pencipta lagu.
Ketika menerima bayaran, Didi kaget luar biasa. Saat itu dia total menerima Rp 1,2 juta. Pada masa itu, jumlah uang itu terasa sangat besar baginya. Maklum biasanya cuma dapat recehan. Lalu, uang itu dibawanya pulang ke Solo, dan dibelikan batu nisan untuk makam almarhumah neneknya.
Setelah itu perkembangan karier Didi Kempot terus menanjak. Seiring semakin langkanya artis penyanyi yang membawakan lagu atau tembang Jawa. (ver/tap)
*) Foto didi kempot saat tiba di alun-alun bojonegoro