Memperkenalkan Batik Bojonegoro di Queesland, Australia
Minggu, 12 Maret 2017 09:00 WIBOleh Mashudi
Oleh Mashudi
Sabtu kemarin, 11 Maret, saya menghadiri penyambutan mahasiswa pascasarjana penerima beasiswa LPDP yang kuliah di Queensland, Australia. Penyambutan dilakukan oleh para senior yang telah lebih dulu mulai belajar di sini. Banyak dari mereka merupakan calon PhD (Doktor, S3), dan beberapa adalah mahasiswa S2 seperti saya.
Mereka yang datang belajar di Australia memiliki beragam latar belakang. Ada yang dosen, pegawai kementerian, PNS, wartawan, dan sebagainya. Mayoritas mereka berstatus “tugas belajar” dari lembaganya masing-masing untuk meng-upgrade ilmu di negeri kanguru ini. Bidang yang diambil juga beragam, mulai dari ekonomi, hukum, perpajakan, ilmu lingkungan, pertanian, dan sebagainya.
Hari sabtu kemarin kami berkumpul, saling sapa pada acara penyambutan mahasiswa baru. Saya sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari mereka. Setidaknya, saya bisa menampakkan batik khas Bojonegoro Batik tengul di sela-sela orang-orang hebat seperti mereka.
Saya sendiri merupakan mahasiswa baru University of Queensland, mengambil program “Master of Environmental Management”. Bidang ini saya pilih untuk menjawab tantangan masalah lingkungan yang semakin santer dibicarakan di kalangan masyarakat baik di level Internasional, Nasional, maupun pemerintah daerah seperti Bojonegoro. University of Queensland sendiri merupakan salah satu universitas terbaik dunia di bidang ilmu lingkungan (Nomor 1 di Australia dan No 12 dunia berdasar QS World University Ranking 2016). Kesempatan berharga ini sudah seharusnya dimanfaatkan sebaik-baiknya. Sebagai penerima beasiswa Pemerintah (LPDP), saya memahami bahwa semua kesempatan ini adalah hasil dari dukungan seluruh warga Indonesia, khususnya Bojonegoro. Terima kasih atas doa dan dukungannya.
Saya sudah hampir satu bulan sampai di Australia, dan sudah dua minggu perkuliahan telah dilalui. Kuliah di luar negeri memang diharuskan bekerja ekstra keras untuk fokus pada studi yang ditekuni. Namun di sisi lain, di sini terbuka kesempatan untuk membangun networking dengan rekan-rekan dari berbagai negara. Ini juga merupakan kesempatan terbaik untuk bertukar pengetahuan mengenai kebudayaan masing-masing negara. Saya berusaha memanfaatkan momen ini untuk mengenalkan budaya Indonesia, khususnya Bojonegoro, kepada mereka. Kebetulan saya satu rumah dengan rekan-rekan dari India, Bangladesh, Pakistan, China, dan satu orang Brazil.
Sehari yang lalu, tepat sebelum saya berangkat ke acara tersebut, saya bertemu rekan dari Brazil bernama Mr. Joao. Rupanya dia sangat tertarik dengan batik tengul Bojonegoro yang saya kenakan. Kesempatan untuk menjelaskan budaya Bojonegoro pun terbuka. Saya bercerita sedikit tentang batik yang saya beli dari toko batik Sami-Sami di Bojonegoro tersebut. Beliau sangat tertarik dengan motif batik Indonesia yang beragam.
“Saya harus memesan 5 potong batik sebelum saya pulang ke Brazil bulan Juli nanti,” ucap dia.
Ada kebanggaan tersendiri ketika kita bisa mengenalkan budaya kita kepada orang lain. Terlebih jika mereka tertarik dan menghargai budaya kita.
Terima kasih ya Allah, saya dilahirkan di Bojonegoro, di Indonesia yang kaya budaya ini. Kesempatan belajar S2 dan berbaur dengan masyarakat dunia ini sungguh tak ternilai harganya.
Terima kasih Bojonegoro, terima kasih Indonesia, kami pasti mengabdi.
Mashudi, lulusan terbaik jurusan biologi Institut Pertanian Bogor tahun 2016, asal Desa Gayam Bojonegoro