Proyek JTB Masih Terkendala Kesepakatan PEPC dengan EMCL
Rabu, 10 Mei 2017 08:00 WIBOleh Piping Dian Permadi
Oleh Piping Dian Permadi
Bojonegoro Kota - Belum adanya penandatanganan kontrak kerjasama pengerjaan proyek EPC GPF lapangan gas Jambaran Tiung Biru (JTB) salah satunya adalah dikarenakan belum ditemukannya kesepakatan antara pihak Pertamina EP Cepu dan Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL). Hal itu disampaikan Kepala Unit Percepatan Proyek Banyu Urip dan JTB Julius Wiratno usai rapat update proyek JTB bersama Pemkab Bojonegoro dan PEPC di lantai 7 gedung Pemkab Bojonegoro Selasa (09/05/2017) sekitar pukul 16.00 WIB.
Kesepakatan itu diantaranya adalah mengenai harga jual gas JTB yang belum ada titik temu antara Pertamina EP Cepu (PEPC) dengan Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL). Pihak EMCL sebagai salah satu pemilik sebagian besar saham di JTB meminta harga yang dinilai cukup mahal dan belum ada konsumen yang mampu menyanggupi. Sementara PEPC sebagai projects owner yang ditunjuk menawarkan harga yang dinilai terlalu murah oleh pihak EMCL.
Karena permasalahan tersebut saat ini PEPC digadang-gadang bakal mengambil alih seluruh saham EMCL yang ada di proyek JTB.
" PEPC kan sudah mendapatkan penugasan untuk proyek JTB , tapi di sana kan ada EMCL yang punya 41 persen saham. EMCL tidak setuju dengan harga yang rendah, menurutnya tidak ekonomis, jadi sekarang akan diambil alih oleh PEPC semua," kata Julius.
Untuk pengambil alihan ini, kata dia, akan dipegang langsung oleh korporasi Pertamina dengan EMCL. Kata Julius, saat ini kedua perusahaan masih menghitung besaran biaya yang dikeluarkan oleh EMCL selama proses eksplorasi lapangan Jambaran Tiung Biru dari awal hingga hari ini.
"Ya tinggal kesepakatan B to B (Pertamina dengan EMCL), dulu pengeboran awal kan EMCL, ini masih menentukan harga yang belum sepakat," jelasnya.
Jika permasalahan itu sudah terlewati maka tahap selanjutnya adalah menyepakati final Investment decision (FID) lalu perjanjian jual beli gas (PJBG) baru nanti akan dilakukan kontrak pengerjaan proyek EPC GPF oleh pemenang tender. Saat ini calon pemenang terkuat adalah PT Rekayasa Industri (Rekind) dan PT Japan Gas and Construction (JGC).
Dia mengatakan proyek pengeboran minyak dan gas memang sedikit berbeda, dimana untuk gas harus disepakati dahulu siapa calon pembeli dan besaran harga pada nantinya. Ditanya mengenai siapa calon pembeli gas JTB yang sudah ditawarkan saat ini, pihaknya menyerahkan pada Pertamina yang kabarnya sudah ada kesepakatan dengan PT PLN.
" Dulu sempat ada pupuk kujang tapi harga yang ditawarkan terlalu murah. Saat ini ditawarkan harga sekitar 7 dolar, dengan eskalasi 2 persen per tahun, tapi PLN minta lebih rendah lagi menurut Perpres itu sekitar 6 dolar," imbuhnya.
Julius menambahkan target penyelesaian kontrak oleh PEPC dan pihak konsorsium seharusnya sudah bisa diselesaikan pada awal bulan Mei ini. Karena banyak kendala maka ditargetkan akhir bulan Mei sudah bisa terselesaikan semua.
"Harusnya awal bulan Mei ini, tapi saya tanya PEPC katanya akhir bulan Mei baru bisa menyelesaikan FID, PJBG dan kontrak," pungkasnya. (pin/kik)