Tabrakan Karambol Renggut Nyawa Siswi SMKN 3 Bojonegoro
Duka Hartatik, Yakin Nia Masih di Rumah Sakit
Kamis, 08 Oktober 2015 13:00 WIBOleh Vera Astanti
Oleh Vera Astanti
Kalitidu-Siang ini, sebuah rumah berwarna dominan biru muda nampak ramai dipadati warga. Kursi-kursi berjejer di depan rumah. Orang-orang berpeci bergerombol dengan wajah datar. Sesekali mereka bercengkerama. Ibu-ibu datang dan pergi sambil membawa baki dengan tutup kain batik.
Tidak sulit menemukan rumah itu. Dari gerbang Desa Nginginrejo, yang didesain artistik dengan hiasan patung belimbing superbesar itu, sekitar 500 meter ke utara, ada sebuah gang masuk ke timur. Tepat sekali, rumah itu berada pada paling ujung.
Rumah duka itu adalah kediaman Nia Puspita Ayu, pelajar SMK Negeri 3 Bojonegoro, korban kecelakaan maut pagi hari tadi di Jalan Bojonegoro Cepu. Nia meninggal di tempat sebab kecelakaan itu. Kepergiannya ditangisi oleh keluarga, kerabat, tetangga dan kawan-kawannya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, kecelakaan karambol terjadi di jalan raya Bojonegoro-Cepu, tepatnya di Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu, pagi tadi, Kamis (08/10).
Kecelakaan karambol ini melibatkan sepeda motor, becak, dan truk. Kecelakan ini merenggut nyawa pengendara sepeda motor yang merupakan siswi SMK Negeri 3 Bojonegoro, Nia Puspita Ayu (20). Nia saat itu sedang menuju ke sekolah seperti hari-hari biasanya.
Ibu korban, Hartatik, yang sempat melihat dengan mata kepala sendiri saat anaknya masih tergeletak tanpa nyawa di jalan raya dengan tutup daun pisang, nampak masih syok. Dia masih belum percaya bahwa sang anak telah meninggalkan dunia ini untuk selamanya. Bahkan setelah sang anak dimakamkan pun, Winarti belum bisa menerima kenyataan bahwa anak tercintanya telah meninggal dunia.
Kabar meninggalnya Nia menyebar begitu cepat hingga ke pihak sekolah. Pihak sekolah, diwakili oleh beberapa guru dan siswa, tiba dengan satu minibus sekitar pukul 10.30 WIB, sampai di rumah duka. Nampak sekitar lima belas orang, yang terdiri dari siswa kelas Kimia Analisis II yang merupakan teman sekelas dari Nia, Pengurus OSIS dan satu guru, keluar dari mobil. Disusul minibus kedua, mereka adalah guru-guru NIa yang menunjukkan wajah simpatinya.
Ketika rombongan itu tiba, sedang dilakukan membacakan doa sebelum pemberangkatan jenazah untuk disholati. Ibu Nia, Hartatik, tidak nampak menyambut kehadiran mereka karena masih syok berat hingga harus telentang lemas di pembaringan.
Setelah jenazah Nia diberangkatkan, rombongan sekolah menemui Hartatik. Di depan mereka, Hartatik menangis dan berkata seolah-olah menganggap anaknya masih di rumah sakit. Hartatik bahkan meminta teman-teman Nia untuk menjenguk.
"Maafkan ya, kalau Ayu punya salah. Ayu di rumah sakit. Nanti dijenguk ya," ujarnya sambil berlinang air mata. Panggilan Nia oleh ibunya adalah Ayu.
Salah seorang teman Nia menggenggam tangan Hartatik untuk menenangkannya. Hartatik terus saja meracau tentang Ayu yang minta dibelikan motor matic dan dia turuti, kemudian tentang membayar uang sekolah.
Teman-teman Nia Puspita Ayu pun tidak kuat membendung air mata melihat kondisi Hartatik. Bahkan Hartatik harus diusap mukanya dengan air putih beberapa kali, agar lebih tenang. Ketika teman-teman perempuan Ayu berpamitan, Hartatik mencium kedua pipi mereka satu persatu, sambil meminta maaf.
Hingga BBC, sebutan BeritaBojonegoro.com, turut beranjak dari rumah duka, Hartatik masih belum bisa dimintai keterangan. Selain itu, BBC sendiri tak kuasa melihat kesedihan yang menggedor kesadaran Hartatik.
Salah satu keluarga korban yang berhasil BBC tanyai terkait Nia, Wahyuni (20), bicara sedikit tengang Nia Ayu.
"Ayu ini orangnya periang. Baru kemarin dia bakar jagung bersama teman-temannya, tidak menyangka harus pergi seperti ini," ungkapnya dengan wajah sedih.
Gadis cantik yang memakai setelan warna merah muda ini menceritakan bahwa dia mendengar kabar meninggalnya Ayu dari Ayahnya. "Sebelumnya, foto korban kecelakaan sudah menyebar lewat BBM di mana-mana. Tetapi baru tau kalau itu Nia dari ayah saya,” terangnya.(ver/moha)
Foto rumah duka, Desa Ngringinrejo (Kalitidu)