Pemkab Bojonegoro Gelar Travel Dialogue and Tourism Petroleum Geopark di Yogyakarta
Sabtu, 26 Mei 2018 18:00 WIBOleh Imam Nurcahyo
Oleh Imam Nurcahyo
Yogyakarta - Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, melalui Dinas Kebudayaan dan Priwisata, pada Jumat (25/05/2018) siang, bertempat di Grand Ballroom Hotel Aston Jogjakarta, menggelar Travel Dialogue and Tourism Exhhibition about Bojonegoro Petroleum Geopark - Teksas Wonocolo. Acara ini untuk mengembangkan budaya dan hasil kerajinan masyarakat Bojonegoro ke kancah Dunia.
Hadir sebagai pembicara dalam dalam kegiatan tersebut Kepala Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro, Amir Syahid SSos MSi, Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesra, Djoko Lukito SSos MM, Ketua Komisi B DPRD Kabuapten Bojonegoro, Sigit Kushariyanto dan Pembicara dari UPN Veteran Yogyakarta , Dr Jamico.
Selain itu kegiatan tersebut dihadiri akademisi dari UPN Veteran Yogyakarta dan UGM Yogyakarta , tim Asosiasi Desa Wisata, Tim seni dan budaya Bojonegoro, para designer, perajin Bojonegoro, Duta Wisata Kange-Yune Bojonegoro serta Duta Wisata Dimas-Diajeng Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Kepala Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro, Amir Syahid SSos MSi, kepada media ini mengungkapkan bahwa tujuan digelarnya Travel Dialogue and Tourism Exhhibition about Bojonegoro Petroleum Geopark - Teksas Wonocolo Bojonegoro adalah untuk mengenalkan geopark nasional Bojonegoro kepada masyarakat luas di Yogyakarta, utamanya kalangan akademisi UPN Veteran dan UGM Yogyakarta serta agen-agen wisata se DIY.
“Kegiatan ini sebagai momentum membangun Bojonegoro dari geoharitage , culture dan hayati biologi,” jelas Amir Syahid.
Selain itu, lanjut Amir, dalam giat tersebut juga di tanda-tangani kerjasama pariwisata dan budaya yang bertema Geopark Bojonegoro, yang merupakan peluang baik agar wisata Bojonegoro bisa dikenal masyarakat dunia. Terlebih lagi Geopark Bojonegoro ini bisa menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan perlindungan konservasi eksposur batu atau fosil dan bentang alam menuju Unesco Global Geopark Network (GGN).
“Kegiatan ini dalam rangak menuju peningkatan status geopark dan geoheritage Bojonegoro, menjadi Global Geopark Nation Unesco,” jelas Amis.
Sedangkan akademisi UPN Veteran Jogjakarta, Dr Jamico dalam paparannya menyapaikan tentang geoside-geoside geologi yang ada di Kabupaten Bojonegoro, yang kurang lebih ada 8 geoside yang tersebar di wilayah Kabupaten Bojonegoro.
Selain itu, Dr Jamico juga menyampaikan tentang strategi pemasaran pariwisata, khususnya dalam hal peningkatan kunjungan wisata ke Bojonegoro termasuk menyangkut berbagai fasilitas yang ada.
“Texas Wonocolo dapat menjadi pintu masuk wisatawan denggan momentum Geopark Nasional Bojonegoro,” jelas Dr Jamico.
Sementara itu, Pj Bupati Bojonegoro Dr Suprianto SH MH, yang hadir dalam acara Java Visit For Batik and Tourism of Bojonegoro Collaboration Culture BWI Internasional Qipao Pageant 2018, yang digelar di tempat yang sama pada pada Jumat (25/05/2018) malam menyampaikan bahwa kabupaten Bojonegoro, tidak memiliki gunung yang tinggi, serta lautan luas, namun Bojonegoro memiliki warisan Geopark yang terbesar, dimana luasnya mencapai 238.404 meter persegi.
“Salah satunya yang bisa kita lihat adalah yang ada di Wonocolo yang kita sebut dengan “The Little Texas Wonocolo”, serta Khayangan Api yang keindahannya bisa kita nikmati sampai saat ini.” terang Pj Bupati.
Terkait Geopark, lanjut Pj Bupati, tentu saja Bojonegoro punya harapan yang lebih besar terhadap pengakuan Unesco untuk Geopark Nasional Bojonegoro ini.
“Dengan begitu, kedepannya tidak hanya dikenal di dalam negeri namun juga dapat dikenal di luar negeri.” tutur Dr Suprianto.
Selain itu Bojonegoro juga memiliki budaya lokal, diantaranya memiliki suku Samin, yang budayanya dinamakan budaya Samin. Dimana mereka hidup dengan menjalankan nilai-nilai kejujuran, keluhuran serta kesederhanaan.
“Hal tersebut tentu dapat menarik masyarakat dan wisatawan untuk belajar bagaimana hidup bersahaja.” imbuhnya
Pj Bupati juga mengingatkan pentingnya keterlibatan masyarakat setempat seperti Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata), Asidewi (Asosiasi Desa Wisata) serta kelompok pengelola wisata lainnya.
“Peran mereka harus terus di tingkatkan agar keberadaan destinasi wisata semakin berkembang.” pesan Pj Bupati. (red/imm)