Selamat Idul Fitri 1437 Hijriyah
Menuju Insan Fitri
Kamis, 07 Juli 2016 07:00 WIBOleh Sholikhin Jamik
Oleh Sholikhin Jamik
HARI RAYA Idul Fitri adalah hari bahagia bagi umat Islam dalam meraih kemenangan dan melawan godaan hawa nafsu. Kemenangan itu hadir dalam diri umat Islam untuk menghadapkan watak keaslian (fitrah) manusiawinya ke hadirat Allah Yang Maha Kasih dan Maha Agung.
Firman Allah: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, (tetaplah atas) fitrah yang telah menciptakan manusia menuju fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah (QS. Ar-Rum [30]: 30)
Ayat ini menjelaskan bahwa fitrah dalam diri manusia tidak begitu saja wujud dalam kenyataan tanpa kesungguhan membimbing dirinya menuju fitrah itu. Kata “hadapkanlah” yang terdapat dalam ayat itu menunjukkan perlunya mengaktualisasikan potensi fitrah.
Hari raya Idul Fitri adalah puncak perjuangan dan kebahagiaan umat manusia menggapai fitrah .
Ia adalah kebahagiaan yang tidak semu, tetapi kebahagiaan tulus yang ditempuh dari hasil kontemplasi melalui perjalanan ibadah suci (puasa) selama satu bulan. Dari sini kebahagiaan ditetapkan untuk mencapai harkat fitrah manusia yang diperjuangkan, digali, diasah dan diberi pupuk yang hasilnya teraktualisasikan dalam realtias kehidupan formal manusia abdi Tuhan.
Fitrah itu telah hadir membersihkan benih kotoran, melawan kerakusan, mengalirkan aroganisme yang mengendap dalam sampah batin manusia. Kini sebuah drama kepalsuan dan aroganisme yang menggagahi segala bentuk keserakahan telah musnah.
Berganti menjadi ketaatan manusia yang matang berderma, tenang berlaga dan jumawa dalam berlapang dada. Bersih dari noda dan celaka. Karat yang melekat telah terlepas dari sukma nan tersumbat. Debu nafsu yang menindih kalbu telah tersapu.
Idul Fitri adalah hari menempa suasana batin manusia untuk kembali kepada originalitas diri , yaitu martabat keaslian insani yang tidak mempertuhankan dirinya, tetapi ia sadar bahwa di luar dirinya ada Tuhan yang Maha Besar dan Maha Kasih kepada setiap insan yang mengabdi kepada-Nya.
Inilah makna jati diri fitrah yang melekat kepada setiap insan yang mengisi dan mengaktualisasikan potensi fitrah-nya dalam kekuasaan kehidupan yang penuh mawas diri dan melakukan amal saleh, seperti sikap menghargai antar sesama, saling kasih dan silaturrahim serta menghindari sikap rakus, tidak melakukan pemerasan dan menjauhi hidup saling mendominasi.
Yusuf Qardhawi dalam bukunya al-Khasaish al-Ammah li al-Islam melukiskan fitrah manusia yang kosong, haus dan dahaga. Lalu, ia berusaha menghadap (menemui) Tuhannya sehingga lenyaplah kehausan itu oleh siraman kesejukan dan terbebas dari belenggu ketakutan.
Dalam kondisi yang demikian, kata Qardhawi, manusia telah meraih hidayah setelah melalui kebingungan, merasa damai setelah dirundung kegielisahan dan menemukan jati diri setelah sekian lama terasing dan mengembara di keluasan padang sahara yang gersang dan tandus bagai musafir yang mendapat ruangan air dari sebuah perjalanan yang didera oleh dahaga.
Semoga umat Islam yang tengah merayakan Hari Raya Idul Fitri, merasa berbahagia karena suasana batinnya telah terisi oleh fitrah yang terbimbing dan tercerahkan. Amin. (*/inc)