Perajin Ukir dan Meubel Sukorejo Siap Hadapi Serbuan Produk China
Jumat, 23 September 2016 10:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Bojonegoro Kota – Usaha kerajinan mebel dan ukir-ukiran kayu jati di Kelurahan Sukorejo, Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro, belum terkena imbas langsung perdagangan ASEAN - China. Meski begitu, perajin mulai mengantisipasi masuknya produk mebel dari China yang masuk ke pasaran lokal di Bojonegoro.
Kerajinan mebel dan ukir-ukiran kayu jati asal Bojonegoro dikenal kualitasnya cukup bagus. Bahan baku kayu jati asal Bojonegoro dikenal kualitasnya sangat bagus. Begitu pula, kerajinan ukir-ukirannya tidak kalah bila dibandingkan dengan perajin dari Jepara.
Namun, modal itu tidak cukup untuk bersaing dengan produk dari China yang dikenal harganya murah dan kualitasnya juga baik. Perajin mebel dan ukir-ukiran di Bojonegoro kini bersiap menghadapi serbuan produk mebel atau ukir-ukiran dari China.
“Produk mebel atau ukir-ukiran dari China saat ini memang belum masuk ke pasaran lokal. Meski begitu, kami sudah siap untuk bersaing,” ujar Supardi, 62, pemilik UD Jati Asri di Kelurahan Sukorejo, Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro.
Berbagai produk kerajinan mebel dan ukir-ukiran dihasilkan oleh para perajin di Kelurahan Sukorejo itu. Di antaranya, meja-kursi, dipan, bufet, meja-kursi makan, jam hias, hingga ukir-ukiran untuk hiasan rumah.
Menurut Supardi, produk mebel dan ukir-ukiran itu dijual dengan harga beragam. Untuk satu set dipan kayu jati misalnya dijual mulai Rp1,2 juta hingga Rp3,5 juta. Sedangkan, untuk satu set bufet kayu jati dijual seharga Rp2 juta hingga Rp5 juta.
“Produk mebel dan ukir-ukiran kayu jati itu harganya tergolong murah,” ujarnya.
Perajin saat ini juga tidak kesulitan mendapatkan bahan baku kayu jati. Biasanya, bahan baku kayu jati didapatkan dari Tempat Penimbunan Kayu (TPK) Perhutani Bojonegoro. Lokasi TPK Perhutani Bojonegoro dengan sentra kerajinan mebel dan ukir-ukiran di Kelurahan Sukorejo hanya sekitar dua kilometer.
Menurut Supardi, berbagai produk kerajinan mebel dan ukir-ukiran kayu jati asal Bojonegoro banyak dikirim ke pasaran lokal. Di antaranya ke Jakarta, Surabaya, Malang, Bali hingga Irian Jaya.
Menurut Ali Mahfud, 50, perajin mebel dan ukir-ukiran lainnya di Kelurahan Sukorejo, mengatakan, saat ini perajin hanya mengandalkan jaringan pemasaran lokal untuk memasarkan produk mebel dan ukir-ukiran.
“Pemasaran mebel dan ukir-ukiran hanya dari mulut ke mulut,” ucapnya.
Perajin selama ini juga hanya mengandalkan peralatan sederhana dan manual untuk mengerjakan kerajinan mebel dan ukir-ukiran itu. Dari segi jumlah produksi, hasilkerajinan itu tidak bisa cepat dan banyak dalam waktu yang singkat. Contohnya, untuk mengerjakan satu set kursi memakan waktu hingga dua minggu lebih.
“Selama sebulan, rata-rata hanya mampu memproduksi 2-3 set kursi atau dipan,’ ungkap Ali Mahfud.
Dengan kondisi itu, perajin mebel dan ukir-ukiran di Kelurahan Sukorejo masih sulit untuk bisa bersaing dengan produk impor dari China. Apalagi, jika produk serupa yang dihasilkan dari China harganya lebih murah dan jumlahnya banyak. (her/kik)