Peringatan Hari Internasional Penghapusan Kekerasan Perempuan
PMII Putri Bojonegoro Gelar Aksi Damai Suarakan Nasib Perempuan dan Anak
Jumat, 25 November 2016 21:00 WIBOleh Linda Estiyanti
Oleh Linda Estiyanti
Bojonegoro Kota – Korp Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (Kopri) Cabang Bojonegoro menggelar aksi damai menyuarakan masih tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kota Ledre ini. Aksi digelar dengan berosari di bundaran Adipura dilanjutkan dialog di kantor Pusat Pelayanan Perempuan dan Anak (P3A) Bojonegoro.
Dalam aksi ini, orator unjuk rasa, Linda Estriliani, menyampaikan bahwa kekerasan di Bojonegoro masih tinggi dan sangat disayangkan bila mengingat dalam waktu dekat ini Pemkab menghelat Festival Hak Asasi Manusia (HAM).
"Tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak yang terjadi ini tentu berbanding terbalik dengan beberapa penghargaan Bojonegoro sebagai kabupaten welas asih dan rmaha anak,” ujar Linda.
Hal inilah, lanjutnya, yang kemudian menjadi perhatian serius bagi badan organisasi PMII yang baru berdiri sejak Februari lalu itu. "Kita peduli kepada perempuan dan anak di Bojonegoro jauh sebelum beberapa penghargaan diterima Bojonegoro menjadi Kabupaten ramah HAM. Akan tetapi yang kita sayangkan apakah ramah HAM itu tidak mencakup keramahan terhadap perempuan dan anak?” tandasnya.
Selesai di bundaran Adipura, para mahasiswa melakukan long march menuju kantor P3A di Jalan Pattimura. Mereka disambut oleh pengurus P3A dan DPRD Kabupaten Bojonegoro.
Perwakilan P3A, Sri Maduratnani, mengapresiasi kepedulian para pengunjuk rasa. Sri mengatakan, P3A sejak 2005 sampai sekarang selalu mendampingi perempuan dan anak korban kekerasan.
“Dari 2005 hingga sekarang ada 275 kasus. Angka yang cukup tinggi, tentu saja kami sangat berterimakasih kalau Kopri bersedia membantu program P3A untuk mengurangi kasus perempuan dan anak korban kekerasan," katanya.
Data di P3A Kabupaten Bojonegoro menyebutkan, kasus kekerasan yang melibatkan perempuan dan anak selama tiga tahun terakhir ini selalu meningkat. Pada tahun 2016 per Oktober ini tercatat sebanyak 53 kasus, meningkat dibandingkan tahun 2015 yang 53 kasus dan 2014 sebanyak 47 kasus, baik kekerasan psikis maupun fisik.
Sementara itu, anggota Komisi C DPRD Bojonegoro Choirul Anam dan Wahyuni Susilowati mengatakan akan menyerap aspirasi para pengunjuk rasa. "DPRD akan terus mengawal penanganan kasus kekerasan perempuan dan anak," kata Choirul.
Sejumlah tuntutan Kopri PMII antara lain; pemberlakuan hukum kebiri bagi pelaku kekerasan, pencabulan, pemerkosaan terhadap perempuan dan anak, Choirul mengatakan akan dijadikan pertimbangan saat pembuatan Perda Perlindungan Perempuan dan Anak pada 2017 mendatang.
"Tahun depan akan kita usulkan juga dibentuknya perda perlindungan perempuan dan anak dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat untuk menekan angka kekerasan perempuan dan anak," jelas Choirul.
Aksi berlangsung dengan tertib dan dikawal langsung oleh Kapolsek Kota Kompol M Usman beserta puluhan anggota lain dari Polres Bojonegoro. (lyn/moha)