Peringati Harlah KOPRI ke-49
Kader Kopri Harus Kuatkan Mental dan Spiritual
Sabtu, 26 November 2016 08:00 WIBOleh Linda Estiyanti
Oleh Linda Estiyanti
Bojonegoro Kota - Dalam rangka menguatkan kapasitas building anggota dan kader, Pengurus Cabang Korp Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (Kopri) Bojonegoro, mendatangkan motivator sekaligus penceramah perempuan kondang untuk memperkuat spiritualitas anggota dan kader, Jumat (25/11/2016), sekira pukul 16.00 WIB, di Kantor Cabang PMII Bojonegoro Jalan Pondok Pinang Sukorejo.
Tidak cukup dengan berbekal kemampuan berdialog dan berbicara di muka umum, mental dan spiritualitas kader juga menjadi landasan yang penting untuk diperhatikan. Oleh karenanya bertepatan dengan momentum peringatan hari lahir KOPRI tanggal 25 November, yakni salah satu organisasi mahasiswa perempuan di Bojonegoro, memperingati hari kelahiran dengan acara refleksi bersama di Graha Ulul Albab, Jalan Pondok Pinang Sukorejo Bojonegoro.
Jumat (25/11/2016), sekira pukul 16.00 WIB, usai menggelar acara aksi damai memperingati hari Internasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan, Kopri Cabang Bojonegoro mengumpulkan anggota dan kadernya untuk mengikuti acara refleksi Harlah ke-49. Hadir dalam refleksi tersebut, Ketua YKM NU Jawa Timur Dra Hj Tjitjik Mursyida Muqaffi dan Mantan Ketua Muslimat NU Bojonegoro Kholifah.
Kepada beritabojonegoro.com, Pengurus Kopri Cabang Bojonegoro mengungkapkan bahwa acara refleksi tersebut penting untuk membentuk mental anggota dan kader perempuan PMII Bojonegoro. Apalagi Kopri baru saja dibentuk di Bojonegoro.
"Perempuan adalah aset, ia adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya kelak, oleh sebab itu, Kopri hadir selain sebagai wadah untuk mengaspirasikan suara perempuan, juga sebagai wadah untuk mengembangkan personalitas kader perempuan yang berilmu dan berbudi luhur," terang Linda, Jumat sore.
Sementra itu, Dra Hj Tjitjik Mursyida Muqaffi dalam pemaparannya menekankan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang mampu memberi manfaat bagi manusia lainnya. "Khoirunnas anfauhum linnas. Ini yang harus selalu dijadikan pegangan oleh kader. Sementara dalam praktiknya, tata krama dan adab harus diutamakan, kalau ilmu akan mengikuti," tutur Tjitjik.
Ia menjelaskan bahwa meskipun orang itu pandai tetapi tidak memberi manfaat bagi orang lain, maka sia-sia. Kemanfaatan yang dihadirkan oleh para kader juga harus ikhlas agar tidak boleh terjebak dalam pemikiran praksis mengenai kedudukan dan hasil. "Keikhlasan itu putih seperti susu. Meskipun berada di tengah kotoran dan darah, ia tetap berwarna putih dan mampu memberikan kehidupan bagi yang meminumnya," jelas Pendiri Kopri pada tahun 1967 itu.
Lebih lanjut ia menambahkan, bahwa setiap kemanfaatan menjadi amalan bagi yang melakukan. Dan baik buruk amal itu tergantung dengan niatnya. "Niat kader harus dipastikan lurus. Itu yang utama untuk membentuk etika dan kepribadian yang mentalis dan spiritualis," pungkasnya.
Acara refleksi berlangsung khidmat dan disesi acara dilanjutkan dengan peresmian ruang Kopri dan pemotongan tumpeng. (lyn/moha)