Hari Korpri dan PGRI
Korpri Harus Netral dan Profesional, Guru Mulia Karena Karya
Selasa, 29 November 2016 11:00 WIBOleh Heriyanto
Oleh Heriyanto
Bojonegoro Kota - Upacara peringatan Hari Korpri ke-45 dengan tema "Bersama Korpri Meneguhkan Netralitias dan Meningkatkan Profesionalisme Aparatur Sipil Negara" yang dirangkaikan dengan Upacara memperingati Hari Guru Nasional ke-71 dengan tema "Guru dan Tenaga Kependidikan Mulia Karena Karya", Selasa (29/11/2016) pagi, digelar di Alun-Alun Kabupaten Bojonegoro. Bertindak sebagai Inspektur Upacara Bupati Bojonegoro Drs H Suyoto MSi, dan Komandan Upacara Muhammd Yusuf SSTP, Sekretaris Kecamatan Sumberrejo.
Bupati Bojonegoro dalam amanatnya menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh peserta upacara yang hadir dalam kesempatan yang berbahagia ini. Hari ini ada tiga upacara dan ada tiga pesan baik dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta pesan lokal dari Bupati Bojonegoro.
Dijelaskan Kang Yoto, Presiden berpesan bahwa transformasi dari Korpri menjadi Korps Aparatur Sipil Negara (ASN) harus menjadi profesi dan harus profesional. Pesan yang kedua adalah sebagai orang yang profesional harus meneguhkan netralitas dan meningkatkan kemampuan.
"Seluruh anggota Korpri harus profesional dan netral secara politik. ASN adalah anak buah negara, loyalitas pada kebijakan dan peraturan perundang-undangan negara," kata Bupati.
Pesan ketiga Presiden adalah hindari berperilaku dan bermental korupsi. Keempat, bagaimana menjadikan profesi untuk energi pada esensi pelayanan, memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kelima, tingkatkan budaya profesional mental tanggung jawab, disiplin, dan orientasi pada karya.
Sementara itu Menteri Pendidikan Nasional Muhajir Effendi berpesan agar guru menjadi profesional, pemerintah bersungguh memikirkan masa depan guru agar hidupnya menjadi lebih baik.
"Seiring dengan itu, guru harus buktikan dengan karya nyata, terlihat dari hasil belajar, prestasi tenaga pendidik. Hasilkan karya yang bagus yang bisa dirujuk sesama agar sistem pendidikan menjadi lebih baik," ujarnya.
Bupati menegaskan, kemulyaan, puja, cinta, harta dan tahta tidak bisa diminta, namun akan hadir karena karya yang mulia. Jika ada guru yang masih mengatakan pahlawan tanpa tanda jasa berarti dia adalah guru yang tak menghasilkan karya. Korpri Bojonegoro dan PGRI harus menjadi wadah untuk menjadi profesional.
"Saat ini kita menghadapi global paradoks, kini banyak negara-negara yang keluar dari globalisasi namun kecenderungan untuk fokus di dalam negeri. Indonesia harus bersiap yakni menghasilkan produknya memiliki daya saing. Jika tidak devisa turun, maka APBN menurun. Maka target pajak tidak tercapai secara maksimal. Ini berdampak dan kita harus bersiap tekanan ekonomi akan berdampak. Jadi kenaikan tunjangan tak seperti bayangan. Semua akan bisa bersaing adalah dengan meningkatkan sumber daya manusia yang handal. Jika kita tak bisa menciptakan generasi yang unggul, maka guru harus turut bertanggung jawab," pesan Kang Yoto. (her/kik)