Cerita Teman Tentang Amplop Pejabat
Sabtu, 25 Februari 2017 20:00 WIBOleh Muliyanto
Oleh Muliyanto
MALAM itu saya bertemu dengan seorang teman di Alun-Alun Kota Bojonegoro. Kami pun berbincang-bincang, tak lupa memesan dua cangkir kopi. Saat menunggu sajian kopi, teman saya bercerita tentang ulah salah satu instansi pemerintahan.
Dia mengeluhkan, setiap lembaga yang ada di bawah naungan instansi pemerintahan tersebut, bila ada kegiatan, kunjungan atau monitoring pejabat, harus memberikan bingkisan amplop berisi uang.
Saya belum paham, apa yang dimaksud teman saya ini. Lalu saya mencoba bertanya kembali kepadanya. Memang yang terjadi sebenarnya apa? Bukannya pejabat itu tidak boleh menerima bingkisan, uang, dan semacamnya.
Teman saya pun kembali menerangkan hal itu. Memang hal itu sering terjadi bahkan sudah menggurita. Tiap kali pejabat instansi kunjungan atau monitoring, maka lembaga yang didatangi harus memberi ganti uang lelah atau ganti transport.
Ya...tergantung pangkat pejabat. Jika kepala instansi, maka umumnya memberikan Rp 1 juta. Namun kalau yang monitoring dibawah kepala instansi, maka minimal memberikan amplop berisi Rp 500 ribu.
Wow...saya pun terheran-heran. Bayangkan saja jika pejabat instansi melakukan kunjungan lima kali dalam sehari, maka pasti akan membawa tas lebih besar untuk menampung isi amplop itu.
Apa uang transport atau ganti lelah itu wajar? Sebab selama ini jika tidak diberikan pemanis seperti itu, maka pejabat instansi saat pulang wajahnya lungset seperti kurang nutrisi. Ya...iyalah sebab nutrisinya tidak diberikan. Namun beda jika nutrisinya ada, pastilah pulang dengan wajah gembira dan senyum lebar.
Apakah hal seperti itu, masuk kategori pungli atau tidak ya? Mungkin masuk kategori gratifikasi, atau bisa jadi masuk semua kategori seperti di film-film, semakin banyak kategori semakin tinggi uang sakunya. Hahaha.
Hal seperti itu rupanya sudah lama terjadi. Dan itu sudah menggurita hingga saat ini, bahkan teman saya bilang hal itu sudah bertahun-tahun terjadi padanya. Dalam sebulan saja lembaganya bisa dikunjungi dua kali.
Lalu jika instansi pemerintah yang memiliki proyek tinggi apakah sama seperti itu? Ah...saya pikir mungkin tidak seperti itu, mungkin itu terjadi hanya satu instansi saja.
Apakah pejabat itu seperti penyanyi? Yang setiap manggung, pulang selalu membawa uang. Kopi pun datang dan kami langsung menyeruput minuman hangat itu. (mol/tap)