Nasihat Alam Kubur: Hidup Diantara Keterbatasan, Gengsi dan Iri
Kamis, 25 Mei 2017 20:00 WIBOleh Kang Yoto *)
*Oleh Kang Yoto
SEPERTI biasa saat di samping makam ayah ibu, saya selalu mendapatkan kesempatan bertadabbur dan tazakkur kehidupan lewat dialog imaginer dengan kedua ayah ibuku. Sore ini saya mendiskusikan tiga hal: keterbatasan, gengsi dan iri. Tema ini muncul mula-mula dari bapak.
Inilah kalimat bapakku: "Pelan tapi pasti engkau akan menyusul aku ke alam kubur. Hitunglah kesempatan yang tersedia buatmu, lebih lebih sisa kesempatanmu menjabat. Engkau tidak hanya harus berpikir memahami masalah dan menemukan solusi tapi juga harus mentadabbur atau memikirkan dengan seksama, penggunaan semua sumber-daya yang ada. Di sisa waktu yang tersedia, gunakanlah sebaik baik mungkin waktu dan sumberdaya itu!".
Lalu ibuku menyela: "Engkau harus sadari keterbatasan waktu, kemampuan diri dan lingkunganmu. Engkau harus berbuat maksimal, yang dapat engkau lakukan untuk melawan keterbatasan itu, tapi jangan sekali kali engkau lakukan itu karena memenuhi panggilan gengsi, atau perintah kemarahan yang lahir dari perasaan iri. Dunia menyediakan kesempatan buat setiap orang, termasuk dirimu tapi sangat naif jika engkau tidak ikhlas semata mata karena Allah dan kebaikan sesama. Anakku teruslah bertazakkur atas keikhlasan dan nilai-nilai universal, selaraskanlah spirit hidup, strategi hidup dan seluruh aktifitasmu dengan niat tulusmu dan nilai tersebut."
Bapak ibuku tiba-tiba kompak mengatakan soal kemungkinan apa yang harus aku lakukan bila kelak usai menjabat dijabatan saat ini: "Jangan sekali-kali engkau melangkah mengejar sesuatu yang engkau tak yakin dapat memberi manfaat. Jangan pernah mengejar sesuatu atas dasar gengsi dan panggilan iri dengki! Tapi jangan engkau pernah menolak sekecil apapun kemungkinan untuk memberi manfaat bagi kehidupan, meskipun tampaknya remeh di mata kebanyakan orang. Apalagi saat mendapatkan kepercayaan peran yang mulia di mata banyak manusia. Lakukanlah yang terbaik, tanpa harus sakit hati bila ada yang mencemoohnya!".
"Anakku jalanilah puasa, jalani dengan tetap kerja keras, isilah dengan tafakur, tadabbur dan tazakkur. Jalani hidup penuh kasih sayang terhadap sesama dan jagalah diri untuk selalu bahagia!".
Makam umum Bakung Kanor Bojonegoro, 25 Mei 2017
(*/inc)