Sri Mulyanto, Sulap Pelepah Pisang Jadi Karya Seni
Minggu, 09 Juli 2017 13:00 WIBOleh Priyo Spd
Oleh Priyo Spd
Blora – Siapa sangka jika pelepah pisang bisa bermanfaat dan menghasilkan uang. Hal ini dibuktikan oleh pemuda asal Desa Keser RT 01 RW 02 Kecamatan Tujungan, Sri Mulyanto yang menyulap pelepah pisang tak terpakai menjadi barang yang bernilai.
”Awal mula menekuni kaligrafi dari pelepah pisang ini pada tahun 2013 lalu. Tiap kaligrafi harganya berbeda. Antara Rp100 ribu hingga Rp3 juta. Dari hasil itu, saat ini perekonomian keluarga bisa tercukupi,” kata Mulyanto, Minggu(09/07/2017).
Ia menjelaskan, inspirasi membuat kaligrafi dari pelepah pisang ini dikarenakan banyaknya sampah yang ada di wilayah Blora, terutama pelepah pisang yang ada di samping rumahnya. Dari situ, terbesit ide memanfaatkan pelepah pisang yang tak berguna itu menjadi sebuah karya yang bernilai yang berbentuk kaligrafi.
”Dulunya samping rumah ini banyak kebun pisang dan pohon pisang yang sudah mati meninggalkan sampah. Karena itu saya mencoba untuk mengolahnya untuk menjadi sebuah karya,” ungkapnya.
Selain itu, pilihan membuat kaligrafi dari pelepah pisang ini juga dikarenakan faktor fisik yang dideritanya. Di tahun 2010 lalu, ia mengalami kecelakaan. Dari kejadian tersebut, kakinya harus menjalani perawatan intensif.
”Sebelum menjadi perajin kaligrafi saya sempat kerja di Jakarta. Namun tahun 2010 lalu, saat pulang ke rumah saya kecelakaan. Dampaknya selama 2 tahun tak bisa jalan. Setelah membaik, saya banting setir menjadi perajin kaligrafi ini. Tepatnya tahun 2013 yang lalu,” katanya.
Ia mengaku hasil karya kaligrafinya juga berhasil memikat konsumen dari luar Jawa. Buktinya, ia sering mendapatkan beberapa pesanan dari Bangka Belitung, Bali, Kalimantan dan beberapa kota besar yang lain.
”Untuk pesanan, paling banyak dari Bangka Belitung, Bali, Gersik, Jakarta, dan Solo. Mereka menilai kaligrafi dari pelepah pisang memang jarang ada. Selain itu, harganya juga terjangkau,” ujarnya.
Gendhon sapaan akrab Sri Mulyanto Menjelaskan dalam karya kaligrafinya ini dijual dengan harga yang berfariasi mulai dari harga 100 ribu hingga jutaan dengan variasi besar kecil ukuran dan kesulitan dalam permintaan.
”Alhamdulillah para pemesan puas dan belum lama ini baru laku satu dengan harga Rp3 juta,” katanya.
Dalam pembuatan kaligrafi dari pelepah pisang ini untuk bisa menjadi sebuah kaligrafi bisa memakan waktu antara 4 hari hingga dua pekan tergantung kesulitan dalam pembuataanya dan tidak membutuhkan alat yang rumit. Cukup dengan menggunakan cuter, pisau, gunting, dan beberapa alat penunjang lainnya.
”Sebenarnya tidak rumit bila mau menekuni. Sedangkan cepat atau tidaknya dalam pengerjaan tergantung besar kecil dan mudah sulitnya pada karya yang diminta. Selain itu dalam pengerjaan ini harus teliti dan dengan pikiran yang fresh. Kalau lagi buntu atau suntuk ya lama mengerjakannya” katanya.
Mulyanto menjelaskan saat ini a juga mengembangkan usahannya dengan berbagai variasi kerajinan dari pelepah pisang. Alhasil mampu membuat para pelanggan puas dengan hasil karyanya.
“Mulai dari kaligrafi, sketsa wajah,panorama pemandangan sekarang mencoba membuat lukisan yang 3D semoga bisa sempurna,” jelasnya.
Sementara itu Suparjan orang tua Sri Mulyanto mengaku bangga pada anaknya. Meski fisiknya kurang ia tetap berusaha untuk berkarya dengan inspirasi yang ia miliki.
”Seneng dia masih mau berusaha untuk membantu keluarga. Jika melihat pada 2010 hingga 2012 yang lalu, saya harus selalu mengendongnya saat mau kemana hingga akhirnya bisa jalan lagi ini bahkan bisa usaha dengan karyanya sendiri tentu sangat senang,” jelasnya.
Pihaknya berharap usaha anaknya ini agar bisa berkemabng dan maju dan kesulitan-kesulitan berupa alat untuk berkarya itu bisa segera teratasi. Selain itu semoga saja ada bantuan yang datang dari sejumlah pihak.
”Harapnya semoga dia dapat mengembangkan usahanya dan bisa memiliki galeri sendiri,” terangnya. (teg/moha)