Melihat Pusat Kerajinan Bonggol Jati di Blora
Rabu, 20 September 2017 16:00 WIBOleh Redaksi
Oleh Redaksi
Blora – Sebagian besar wilayah Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah adalah hutan. Dari luas wilayah 1.821,59 km2 yang terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi, 49 persennya adalah hutan. Yang membanggakan, kekayaan alam tersebut masih terjaga dengan baik.
Nah, kekayaan alam tersebut tidak diabaikan begitu saja oleh seniman yang satu ini. Namanya Firdaus (47), dia mampu menyulap sisa akar pohon jati (bonggol) menjadi produk seni yang memiliki nilai jual tinggi. Sisa-sisa akar pohon jati tersebut bahkan kemudian menjadi ciri khas dari produk kesenian Kabupaten Blora.
Firdaus menerangkan, produk ukir Blora memiliki ciri khas dibanding Kabupaten lain seperti Bali, Jepara maupun Bojonegoro. Olahan bonggol jati dari Blora bisa rapi sekali hingga tidak meninggalkan bentuk asalnya. Bentuk ukirannya selalu dilihat dari tekstur akar jati yang akan diolah.
Firdaus bahkan lebih kreatif lagi. Dengan naluri seninya, Firdaus bisa membuat bonggol yang berumur ratusan tahun menjadi sebuah ukiran bercerita, ekspresif dan bentuk abstrak hewan. Salah satu ukiran bercerita karya Firdaus adalah ukiran Jaka Tarup.
Karya seharga Rp300 juta itu ternyata dipesan oleh salah seorang yang pernah menjadi sosok paling penting di negeri ini, yaitu Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY), presiden RI ke 5 dan 6. Dari Firdaus, SBY bahkan sudah memesan ukiran dari bonggol jati sekitar 100 unit lebih.
"Yang dijual itu merupakan ukiran yang dipadukan dengan bentuk asli motif bonggol (akar) jati," ujar Firdaus.
Bisnis pengolahan limbah kayu jati ini mendapat dukungan sepenuhnya dari Pemerintah Daerah (Pemda) Blora. Sebagai bentuk dukungan tersebut, Pemda membuat sebuah kebijakan untuk melindungi para perajin. Dari situ kemudian bisnis yang dijalankan Firdaus dan beberpa perajin lainnya mulai berkembang. Kini, sepanjang jalan di Kecamatan Jepon banyak berjejer showroom hasil pengolahan kayu.
"Kayu sebagai bahan dasar kerajinan ini semua berasal dari limbah akar jati yang ada di Blora," kata pria yang mengaku pernah hidup di jalanan bertahun-tahun tersebut.
Bisnis pengolahan limbah kayu tersebut kini lebih mengincar pembeli dari luar negeri, seperti Jerman, Inggris dan Amerika Serikat. Saat ini, Firdaus sendiri memiliki 20 gudang untuk menampung barang-barang hasil produksinya. Dari kerajinan tersebut, dia juga bisa memberi lapangan pekerjaan bagi warga sekitar. Dia ingin memutar roda ekonomi kreatif bagi masyarakat. Tak cukup itu, keuntungan penjualan Firdaus juga digunakan untuk amal.
"Sebagian besar dari penghasilan ini digunakan untuk hak anak yatim," pungkasnya. (*)